Jelajah Wisata Turki (4) : Hagia Sophia, Warisan Budaya UNESCO yang Mendunia

ASSAJIDIN.COM — Hagia sophia atau ‘Kebijaksanaan Suci’ termasuk salah satu tempat wisata di Turki yang mendunia yang menyimpan sejarah panjang mengenai keberadaan dua agama di Turki.
Warisan Budaya Dunia UNESCO ini di bagian langit-langitnya terdapat mozaik dua lambang keagamaan yang saling berdampingan, yaitu Islam dan Kristen.
Tempat wisata ini menyuguhkan kemewahan lain, yaitu interior yang berdekorasi mewah dengan dinding-dinding yang dilapisi mosaik dan pilar marmer yang menjulang tinggi.
Ini adalah ciri khas gaya dan kemegahan Bizantium. Saat berwisata ke Hagia Sophia, Anda bisa sekalian mengunjungi Sultan Ahmet atau Masjid Biru karena berada dalam kawasan yang sama.
Bernama Masjid Raya Hagia Sophia (bahasa Turki: Ayasofya Ulucamii), adalah sebuah gereja yang diubah menjadi masjid, situs budaya, dan sejarah utama peninggalan Bizantium yang berada di distrik Fatih, Provinsi Istanbul, Turki.
Masjid ini awalnya dibangun sebagai gereja Ortodoks Yunani yang berlangsung dari tahun 360 hingga penaklukan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453.
Kemudian berfungsi sebagai masjid sampai tahun 1935, lalu berubah menjadi museum hingga tahun 2020. Pada tahun 2020 hingga kini, bangunan ini kembali menjadi masjid.

Fakta Menarik
Dirangkum dari buku Islam on The Spot dan detikTravel, berikut sejumlah fakta menarik Hagia Sophia di Istanbul Turki.
1. Awalnya Dibangun Sebagai Gereja
Awalnya, bangunan Hagia Sophia merupakan gereja katedral agung bagi umat Kristen. Gereja itu dibangun pada abad ke-6 M, yakni sekitar tahun 532-537 M pada masa Kekaisaran Bizantium.
Kemudian bangunan tersebut menjadi Gereja Ortodoks Konstantinopel hingga masa Kekaisaran Ottoman pada tahun 1453 M.
2. Terbakar karena Konflik
Konflik yang beberapa kali terjadi di sekitar kawasan Hagia Sophia turut berimbas pada bangunan ikonik itu.
Di tahun 404 M terjadi perseteruan internal keluarga Kaisar Arkadios yang mengakibatkan kerusuhan massal di Konstantinopel.

Kerusuhan itu kian merambah pada terbakarnya Hagia Sophia hingga tak ada lagi yang tersisa dari bangunan tersebut.
Kaisar Theodosius II kemudian berinisiatif untuk membangun kembali gereja tersebut di lokasi yang sama pada tahun 415 M.
Gereja yang dibangun oleh arsitek Rinufus ini dikenal dengan nama “Magna Ecclesia” atau gereja besar.
Namun, terjadinya Revolusi Nika melawan Kaisar Justinian I pada tahun 532 M kembali membumihanguskan bangunan Hagia Sophia.
Terbakarnya bangunan yang kedua kalinya ini menyebabkan kerusakan yang sangat parah.
Di era Kaisar Justinian I, gereja tersebut baru dibangun kembali dengan menunjuk arsitek Isidoros (Milet) dan Anthemius (Tralles).
Pembangunan ketiga Hagia Sophia ini selesai dalam 5 tahun dan ibadah pertama digelar pada 27 Desember 537 M.
3. Diubah Jadi Masjid
Pada masa Dinasti Ottoman, Hagia Sophia pertama kalinya diubah dari gereja menjadi masjid.
Mehmed II dari Dinasti Ottoman pada masa itu merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Bizantium pada tahun 1453 dan mengubah namanya menjadi Istanbul.

Dikisahkan dalam buku The Fall of Constantinople 1453 karya sejarawan Steven Runciman, Mehmed II kala itu memasuki Konstantinopel menjelang hari bergantinya malam sembari dikawal oleh Janissary Guards dan diikuti sejumlah menterinya.
Ketika memasuki Hagia Sophia, Mehmed II mencegah seorang pasukan yang hendak melakukan perusakan.
Kemudian salah satu ulama yang mengikutinya naik ke atas mimbar lalu meneriakkan dua kalimat syahadat.
Sejak saat itu, Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid.
Sejumlah ornamen mozaik khas Ortodoks Yunani ditutup dengan kaligrafi yang didesain oleh Kazasker Mustafa Izzet.
4. Berulangkali Direnovasi
Selama digunakan sebagai masjid, Hagia Sophia sempat mengalami beberapa kali renovasi.
Awalnya dibangun sebuah menara kecil, lalu dibangun mihrab. Kemudian dilakukan penambahan dua lampu perak pada tiap sisi mihrab yang dilakukan oleh Kaisar Ottoman Kanuni Sultan Suleyman.
Sebuah bulan sabit dari emas turut ditambahkan di atas kubahnya.
Restorasi besar terjadi ketika diperintahkan Sultan Abdul Mejid pada periode 1847-1849. Perbaikan tersebut dikerjakan oleh dua arsitek bersaudara, yaitu Gaspare dan Giuseppe Fossati.

Mereka menguatkan kubah, meluruskan kolom-kolom bangunan, dan membersihkan mosaik-mosaik.
5. Pernah Difungsikan Sebagai Museum
Di tahun 1935, Presiden Turki pertama sekaligus pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk, mengubah fungsi bangunan Hagia Sophia sebagai museum.
Museum Hagia Sophia kemudian menjadi salah satu destinasi wisata utama di Turki yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari mancanegara.
6. Situs Warisan Dunia
Hagia Sophia telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1985 sebagai bagian dari wilayah bersejarah Istanbul. Bangunan ini dikatakan memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Tak hanya itu, UNESCO turut mengatakan Hagia Sophia adalah mahakarya bidang arsitektur yang sangat unik sebagai perpaduan antara Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Ottoman.
7. Dikembalikan Sebagai Masjid
Dikembalikannya Hagia Sophia menjadi masjid sebenarnya telah menjadi wacana sejak belasan tahun lalu dengan adanya petisi pada parlemen Turki.
Akan tetapi, baru di tahun 2020, pengadilan tinggi administrasi Turki menyatakan pembatalan keputusan kabinet 1934 yang mengubah situs tersebut menjadi museum.
Selang beberapa jam setelah ditetapkannya keputusan itu, Presiden Recep Tayyip Erdogan menandatangani keputusan yang menyerahkan Hagia Sophia kepada Kepresidenan Urusan Agama Turki.
Meskipun telah kembali menjadi masjid, umat non-Muslim tetap boleh mengunjungi Hagia Sophia.
(Dari berbagai sumber)