HAJI & UMROH

Bacaan Doa Walimatussafar Umroh

AsSAJIDIN.COM — Doa walimatus safar lengkap dengan Arab, latin, dan artinya.

زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَيَسَّرَ لَكَ الخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ

Latin:
Zawwadakallâhut taqwâ, wa ghafara dzanbaka, wa yassara lakal khaira haitsumâ kunta.

Artinya: “Semoga Allah membekalimu dengan takwa, mengampuni dosamu, dan memudahkanmu dalam jalan kebaikan dimanapun kau berada.”

Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad SAW bersabda kepada seorang laki-laki yang akan melakukan perjalanan jauh (bermusafir). Rasulullah SAW mengatakan semoga engkau selalu diberikan perlindungan oleh Allah SWT di mana pun kamu berada.

Doa rasulullah kepada pemuda yang melakukan musafir ke Makkah.

فِيْ حِفْظِ اللهِ وَكَنفِهِ وَزَوَّدَكَ اللَهَ التَّقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَوَجَّهَكَ لِلْخَيْرِ أَيْنَمَا كُنْتَ

Latin:
Fi hifzhillahi wa fi kanafihi wa zawwadakallahuttaqwa wa ghafara dzanbaka wa wajjahaka ilal-khairi haitsu kunta wa aina ma kunta.

Artinya:
“Semoga engkau dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah SWT dan semoga Allah SWT memberikan perbekalan takwa kepadamu, mengampuni dosa-dosamu, dan membimbingmu kepada kebaikan di mana pun engkau berada.”

 

Biasanya walimatussafar ini diisi dengan pembacaan doa bersama, tausiah dan ditutup dengan memberi makan tamu undangan.

Selepas pulang dari ibadah umrahpun, biasanya jamaah haji dan umrah tersebut akan melayani para tetangga, sanak famili dan teman-teman yang berdatangan untuk menyambut kedatangannya, mereka disuguhi dengan makanan, minuman serta doa.

 

Hukum Menggelar Walimatul Hajj dan umroh

Lihat Juga :  Memurnikan Tauhid untuk Meraih Jannah

Pada dasarnya walimatus safar dengan diadakannya pesta (tasyakuran) sebelum berangkat haji dan umrah serta sekembalinya dari haji dan umrah adalah tradisi yang baik. Karena di dalamnya ada unsur silaturahim, pemberian makanan dan doa untuk saling menumbuhkan rasa cinta sesama umat Muslim.

Di dalam hadis-hadis Nabi SAW juga terdapat riwayat penyambutan para sahabat atas kedatangan orang yang baru berpergian baik dari perjalanan haji, umrah, berdagang atau lainnya.

Dikutip dari bincangsyariah.com, imam Al Bukhari meriwayatkan hadis dari Ibnu Abbas yang mengatakan:

لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ اسْتَقْبَلَتْهُ أُغَيْلِمَةُ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَحَمَلَ وَاحِدًا بَيْنَ يَدَيْهِ وَآخَرَ خَلْفَهُ

“Ketika Nabi saw. tiba di Makkah, Beliau disambut oleh anak-anak kecil Suku Bani ‘Abdul Muthalib lalu Beliau menggendong salah satu dari mereka di depan dan yang lainnya dibelakang”

Selain itu, Abdullah bin Ja’far juga meriwayatkan hadis berikut:

كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ تُلُقِّىَ بِنَا – قَالَ – فَتُلُقِّىَ بِى وَبِالْحَسَنِ أَوْ بِالْحُسَيْنِ – قَالَ – فَحَمَلَ أَحَدَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَالآخَرَ خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ.

“Nabi saw. ketika datang dari suatu perjalanan, maka kami menemuinya, yakni saya, Hasan dan Husein menemui beliau, lalu beliau menggendong salah satu dari kami di bagian depan dan yang lainnya (digendong) di bagian belakang sampai kami masuk kota Madinah” (HR. Muslim).

Lihat Juga :  Mengenal Lebih Dekat Gua Hira Tempat Rasulullah Menerima Wahyu Pertama

Sementara terkait pemberian makanan dalam penyelenggaraan walimatus safar oleh umat Muslim yang akan berangkat haji dan umrah atau sepulangnya dari sana, maka hal ini telah dijelaskan oleh imam An Nawawi di dalam kitab Al Majmu’ Syarh Al Muhadzab. Beliau berkata:

يُسْتَحَبُّ النَّقِيعَةُ وَهِيَ طَعَامٌ يُعْمَلُ لِقُدُومِ الْمُسَافِرِ وَيُطْلَقُ عَلَى مَا يَعْمَلُهُ الْمُسَافِرُ الْقَادِمُ وَعَلَى مَا يَعْمَلُهُ غَيْرُهُ لَهُ.

Annaqi’ah itu disunnahkan. Yaitu makanan yang disedekahkan karena sekembalinya dari perjalanan. Dan hal ini dimutlakkan baik bagi musafirnya (Calon Haji) atau bagi orang lain (keluarganya).

Fatwa imam Nawawi tersebut berdasarkan hadis riwayat Jabir Ra.:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ سَفَرِهِ نَحَرَ جَزُورًا أَوْ بَقَرَةً ” رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

“Bahwasannya Rasulullah saw. ketika sampai di Madinah dari perjalanannya, beliau menyembelih kambing atau sapi.” (HR. Al Bukhari)

Berdasarkan keterangan di atas, sebenarnya acara walimatus safar tidak hanya sekedar tradisi baik yang dilakukan oleh mayoritas kalangan umat Muslim sebelum dan sesudah berangkat haji dan umrah. Tetapi ternyata ada riwayat dan dalil yang jelas tentang kesunahannya.

Namun, hendaknya acara walimatus safar tersebut diselenggarakan sesuai koridor agama dengan tanpa adanya israf (berlebih-lebihan) dan memberatkan bagi calon jemaah haji. Wa Allahu A’lam bis Shawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button