Masjid Kami Masjid Al-Aqsha (3) : Jadi Rebutan Israel dan Palestina
ASSAJIDIN.COM — “Maha Suci Allah yang sudah memperjalankan hamba-Nya, yakni Rasulullah di malam hari. Dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Kami berkahi sekeliling-Nya supaya dapat diperlihatkan sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Karena sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Israa’ ayat 1)
MASJID Al Aqsha adalah keseluruhan dari kompleks Al-Haram Asy-Syarif, Al-Quds, seluas 14 hektare. Di kompleks ini terdapat Jami’ Al Aqsha, kubah berwarna perak, dan Dome of The Rock, Qubbah Shakhra’, kubah berwarna emas, yang diyakini sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mi’raj.
Masjid The Dome of The Rock inilah yang sering disangka sebagai Masjid Al-Aqsha.
Bangunan suci tersebut menjadi sumber konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Salah satu pemicu konflik adalah adanya pergerakan dari kaum Yahudi untuk beribadah di kompleks suci tersebut.
Yahudi menyebut kompleks Al-Haram Asy-Syarif sebagai ‘Temple Mount’ atau Bukit Suci.
Bait Suci pertama dibangun oleh Sulaiman (Salomo) putra Dawud (Daud) pada tahun 957 SM dan dihancurkan Babilonia pada 586 SM. Bait Suci kedua dibangun pada tahun 516 SM dan dihancurkan oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 70 M.
Umat Yahudi dan Kristen juga percaya bahwa peristiwa Ibrahim (Abraham) yang hendak menyembelih putranya, Ishak, juga dilakukan di tempat ini.
Masjid Al Aqsha juga memiliki kaitan erat dengan para nabi dan tokoh Bani Israel yang juga disucikan dan dihormati dalam ketiga agama.
Pada tahun 637, umat Islam mengambil alih kepemimpinan atas Yerusalem dari tangan Romawi Timur pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.
Kompleks reruntuhan Bait Suci, dikenal sebagai Masjid Al Aqsha atau Baitul Maqdis oleh umat Islam, ditemukan Umar dalam keadaan tidak terawat, bahkan tempat itu dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah.
Meski begitu, Umar kemudian menemukan Batu Fondasi atas bantuan Ka’b Al Ahbar, seorang Yahudi yang telah masuk Islam.
Batu ini diyakini sebagai titik pijakan Nabi Muhammad naik ke langit dalam kepercayaan umat Islam dan tempat Nabi Ibrahim (Abraham) hendak menyembelih anaknya, Ishaq, dalam kepercayaan umat Yahudi.
Al Ahbar mengusulkan untuk membangun masjid di sebelah utara batu tersebut agar umat Islam dapat menghadap ke arah Ka’bah dan batu tersebut dalam satu garis lurus saat shalat.
Namun Umar menolak gagasan itu dan membangun masjid di selatan batu.
Kuil Yerusalem
Menurut orang Yahudi, Masjid Al-Aqsha dianggap sebagai Kuil Yerusalem. Masjid itu dinilai menjadi tempat inkarnasi Herodian, yaitu kelompok pengikut dinasti Herodes dan dimusnahkan pada tahun 70 Masehi.
Dekat dengan Bukit Bait Suci yang disakralkan Yahudi Israel, serta merujuk pada alun-alun dan Tembok Barat yang digunakan untuk situs ziarah.
Tembok Barat sendiri adalah bagian dari Tembok Barat sisa puing Bukit Bait Suci. Dulunya, tembok tersebut memiliki panjang 485 meter.
Namun, sekarang hanya tersisa sekitar 60 meter. Umat Yahudi menganggap bertahannya Tembok Ratapan adalah berkat kehadiran ilahi atau shekhinah. Oleh karena itu, umat Yahudi beramai-ramai ibadah di tembok itu.
Konflik yang timbul akibat klaim kepemilikan tunggal Masjid Al-Aqsha berawal sejak tahun 1929. Saat itu Inggris memberikan perintah atas Palestina.
Usai Israel merdeka pada tahun 1948. Mereka merebut Yerusalem Timur meliputi Kota Tua dari tangan Yordania.
Agresi Israel
Belum merasa puas, Israel terus mendobrak alun-alun di Yerusalem Timur, tetapi masih di bawah pengawasan Islam. Saat itu, diurus oleh Dinasti Hashemite di Yordania.
Selang beberapa dekade, Muslimin Palestina dibatasi dalam mengakses alun-alun tersebut. Proyek penggalian dan penggusuran penduduk Palestina semakin digalakkan Israel.
Pada 1996, Israel membuat pintu masuk baru di kompleks sebelah barat Masjid Al-Aqsha. Hal itu menjadi penyebab kenapa masjid Al-Aqsha diperebutkan oleh Israel dan Palestina.
Pertikaian tidak dapat dihindari dan menyebabkan lebih dari 80 jiwa tewas hanya dalam kurun waktu tiga hari.
Tak hanya sampai di situ, kehadiran kepala oposisi sayap kanan Ariel Sharon ke Masjid Al-Aqsha pada September 2020, menimbulkan agresi Israel ke Palestina selama lima tahun.
Masjidil Aqsha kemudian ditutup sementara setelah tiga warga Arab-Israel melakukan gencatan senjata ke kepolisian Israel pada Juli 2017.
Tak tinggal diam, polisi Israel menembak mati dua di antaranya saat sedang melarikan diri ke kompleks suci.
Konflik pun semakin panas pada Agustus 2019, didapati dengan terlukanya puluhan penduduk Palestina.
Pada tahun 2020, akses menuju Masjid Al-Aqsha ditutup karena adanya pandemi Covid-19.
Pada Ramadan 2021, kerusuhan polisi Israel dengan jemaah Muslim meluas menjadi perang 11 hari. Kelompok Hamas pun menguasai Jalur Gaza, Palestina. (Dari berbagai sumber)