KALAMLENTERA

Bulan Apa Sebaiknya Kita Menikah, Ini Penjelasannya

ASSAJIDIN.COM — Kapan sebaiknya menikah?

Atau bulan apa yang baik untuk menikah?

Ini jawabannya

 

1. Bulan Syawal

Bulan Syawal merupakan bulan berkah untuk melangsungkan pernikahan.

Dirangkum dari buku Rahasia Rumah Tangga Rasulullah SAW oleh Yoli Hemdi dan Naura Shafwa, Rasulullah SAW melangsungkan pernikahannya dengan Aisyah pada bulan Syawal.

Hal tersebut untuk mematahkan tradisi Arab pra-Islam yang menganggap Syawal sebagai bulan sial untuk melangsungkan akad dan menikah.

Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW menikahiku pada bulan Syawal dan beliau menggauliku pada bulan Syawal.” (HR Tirmidzi)

Keutamaan menikah di bulan Syawal:

· Mengikuti sunnah Rasulullah SAW yang juga melangsungkan pernikahan pada bulan Syawal

· Menepis anggapan orang jahiliyah bahwa kesialan akan menghantui hidup bagi yang menikah di bulan Syawal.

 

2. Bulan Rajab

Dirangkum dari buku Doa dan Zikir Sepanjang Tahun oleh Hamdan Hamedan, bulan Rajab adalah kunci untuk bulan-bulan kebaikan.

Rasulullah SAW biasa memuliakan bulan Rajab. Bulan dimana orangtua beliau menikah.

Lihat Juga :  Wahai Para Orangtua, Sayangilah Anakmu Sepenuh Hati

Bulan Rajab juga merupakan bulan dimana Sayidah Aminah hamil dan mengandung Rasulullah SAW.

 

3. Bulan Rabiul Awal

Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang baik untuk menikah.

Merujuk pada buku Meneladani Rasul dan Para Sahabat oleh A. Fatih Syuhud, Rasulullah SAW menikahkan putri ketiganya, Ummi Kultsum pada bulan Rabiul Awal.

Ummi Kultsum menikah dengan Utsman bin Affan pada bulan Rabiul Awal tahun ke-3 hijrah.

Pernikahan antara Ummi Kultsum dengan Utsman bin Affan adalah perintah Allah SWT secara langsung.

 

4. Bulan Safar

Merujuk pada buku Indahnya Pernikahan & Rumahku, Surgaku oleh Ade Saroni, masyarakat Jahiliyah menganggap bulan Safar merupakan bulan kesialan.

Namun Islam membuktikan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial dan Safar merupakan bulan yang baik untuk menikah.

Rasulullah SAW melangsungkan pernikahan dengan Sayyidah Khadijah pada bulan Safar.

Pernikahan antara Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah az-Zahra juga dilaksanakan di bulan Safar.

Lihat Juga :  Menghidupkan Amalan-amalan Sunnah di dalam Rumah

 

5. Bulan Muharram

Merujuk pada buku Baiti Jannati: Keluarga yang Diberkahi Allah oleh Malik al-Mughis, setiap muslim tidak boleh menghukumi adanya hari sial atau hari baik, kecuali dengan dalil yang terpercaya.

Sebab, percaya dengan hari sial merupakan bentuk takhayul atau thiyarah (merasa sial setelah melihat atau mendengar sesuatu).

Mengadakan pernikahan di bulan Muharram (atau bulan Suro dalam sebutan orang Jawa) merupakan salah satu bentuk kesialan. Namun, Rasulullah SAW membantah pernyataan itu.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada penyakit menular, thiyarah, dan burung hantu, dan safar (yang dianggap membawa kesialan). Dan larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa.” (HR Bukhari dan Muslim)

Mempercayai kesialan seperti thiyarah bukanlah sifat seorang muslim, sebab hal tersebut merupakan kemusyrikan.

Rasulullah SAW bersabda, “Thiyarah adalah kesyirikan. Thiyarah adalah kesyirikan.” (HR Abu Dawud). (Detik.com)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button