SYARIAH

5 Hadits tentang Ibu, Berbakti dan Jangan Durhaka

ASSAJIDIN.COM –Sebagai umat Islam, berbakti kepada ibu hukumnya wajib sejajar dengan kewajiban menunaikan sholat, zakat atau puasa. Perintah berbakti kepada ibu telah diterangkan dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14, Allah SWT berfirman:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS Luqman: 14).

 

Rasulullah SAW juga telah banyak menegaskan pentingnya berbakti kepada orang tua, khususnya ibu. Berikut ini di antara riwayat hadits Rasulullah SAW tentang ibu yang dapat menjadi pengingat umat muslim untuk hormat dan berbakti kepada orang tua.

5 Hadits tentang Ibu
1. Pentingnya Berbakti Kepada Ibu
Dalam hadits yang dinukil dari kitab Tafsir Qashashi Jilid IV karya Syofyan Hadi, Rasulullah SAW pernah menjelaskan pentingnya berbakti kepada ibu hingga sosok ibu disebut sebanyak tiga kali.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ رواه البخاري ومسلم

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, “Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Kemuidan ayahmu.'” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada hadits tersebut dikatakan kedudukan ibu tiga kali lebih utama daripada ayah sebab ibu telah melakukan tiga hal kepada anaknya yang tidak bisa dilakukan ayah. Ketiga hal itu ialah mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Lihat Juga :  Wudhu Saya Tadi Batal Apa tidak Ya?

2. Kewajiban Berbuat Baik kepada Ibu
Disebut dalam buku Ajak Aku ke Surga, Ibu karya Rizem Aizid, terdapat hadits yang menerangkan tentang kewajiban berbuat baik kepada ibu, Rasulullah SAW bersabda:

نَّ اللَّهَ يوصيكم بأمَّهاتِكُم ثلاثًا، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بآبائِكُم، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بالأقرَبِ فالأقرَبِ

Artinya: Sesungguhnya Allah berwasiat tiga kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat. (HR Ibnu Majah).

3. Surga Ada di Telapak Kaki Ibu
Ada pula sebuah hadits Rasulullah SAW yang menerangkan pentingnya berbakti kepada orang tua, khususnya ibu, sebab hal itu dapat mengantarkan seseorang menuju surga. Mengutip dari buku Jangan Siakan Orang Tua karya Hafidz Muftisany, berikut bunyi haditsnya.

Dari Mu’awiyah bin Jahimah RA mengatakan bahwa Jahimah datang kepada Rasulullah SAW, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau bersabda, “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab, “Ya, masih.” Beliau bersabda lagi, “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.” (HR An-Nasa’i).

4. Berbakti kepada Ibu Menjadi Amalan yang Lebih Dekat dengan Allah
Disebutkan dalam buku Jati Diri Wanita Muslimah karya Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi, Ibnu Abbas RA menjadikan birrul walidain (berbakti kepada orang tua) sebagai amalan yang paling dekat dengan Allah SWT. Hal ini dinyatakan dalam hadits berikut:

عن ابنِ عبَّاسٍ أنَّهُ أتاهُ رجلٌ ، فقالَ : إنِّي خَطبتُ امرأةً فأبَت أن تنكِحَني ، وخطبَها غَيري فأحبَّت أن تنكِحَهُ ، فَغِرْتُ علَيها فقتَلتُها ، فَهَل لي مِن تَوبةٍ ؟ قالَ : أُمُّكَ حَيَّةٌ ؟ قالَ : لا ، قالَ : تُب إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، وتقَرَّب إليهِ ما استَطعتَ ، فذَهَبتُ فسألتُ ابنَ عبَّاسٍ : لمَ سألتَهُ عن حياةِ أُمِّهِ ؟ فقالَ : إنِّي لا أعلَمُ عملًا أقرَبَ إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ مِن برِّ الوالِدةِ

Lihat Juga :  Doa Terhindar dari Rasa Cemburu Berlebihan, Rumah Tangga Langgeng

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, ada seorang lelaki datang menemuinya dan berkata, “Aku meminang seorang perempuan, tetapi ia menolakku. Lelaki lainnya meminangnya, lantas ia menerimanya dan menikah dengannya. Aku pun cemburu, lantas perempuan itu kubunuh. Akankah tobatku diterima?”

Ibnu Abbas balik bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Ia menjawab, “Tidak,” Ibnu Abbas pun berkata kepadanya, “Bertobatlah kepada Allah dan lakukanlah yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.”

Atha’ bin Yasar yang menuturkan riwayat ini dari Ibnu Abbas pun datang kepadanya. Ia berkata, “Kenapa engkau bertanya apakah ibunya masih hidup?” Ibnu Abbas menjawab, “Karena aku tidak tahu amal baik lain yang lebih mendekatkan orang kepada Allah selain berbakti kepada ibunya.” (HR Bukhari).

5. Diharamkannya Durhaka kepada Ibu
Rasulullah SAW juga pernah menerangkan bahwa Allah SWT mengharamkan kepada seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Mengutip dari kitab Riyadhus Shalihin Juz 1 karya Imam An-Nawawi, berikut bunyi haditsnya.

وَعَنْ أَبِي عِيْسَى الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ: عُقُوْقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ: قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ. متفق عليه

Artinya: Dari Abu Isa al-Mughirah bin Syu’bah RA berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya, Allah mengharamkan atas kamu, durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya, membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci kamu yang banyak bicara serta banyak bertanya, begitu pula yang menghambur-hamburkan harta.” (HR Bukhari dan Muslim).(sumber : detikhikmah)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button