KALAM

Menelisik Nilai Spritual Diri

 

Oleh : Ust. Buya Reza Esfan

Nilai adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran untuk mencapai tujuan yang menjadi sifat keluhuran yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi. Hal ini berarti nilai merupakan esensi yang melekat pada kepribadian dalam bentuk positive change,  yang sangat berarti dalam kehidupan manusia. Nilai dalam Islam merupakan hasil edukasi qurani yang dikembangkan sebagai etika profetik yang digunakan sebagai suatu substansi dalam pendidikan Islam.

Nilai-nilai yang harus ada dalam karakter setiap individu bangsa Indonesia diantaranya “cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan persatuan.” (Widiastono, 2004:43).

Secara etimologi kata spirit berasal dari kata latin spiritus, yang mengandung arti ruh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup. Adapun para filosuf, mengonotasian spirit dengan; (1) kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada kosmos, (2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran meliputi intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau ke-Ilahian. Spiritual dapat diartikan sebagai kekuatan yang didukung oleh adanya kesadaran, kemampuan, keinginan dan akal pikiran yang disandarkan pada kekuatan intelektual, rasional, moral dan kepercayaan kepada Tuhan.

Lihat Juga :  Gadis Asal Malaysia, Jadi Muslimah Berhijab Pertama Juara Gulat Profesional, Begini Sosoknya

Secara psikologik, spirit diartikan sebagai “soul” (ruh), suatu makhluk yang bersifat nir-bendawi (immaterial being). Spirit juga berarti makhluk adikodrati yang nir-bendawi, karena itu dari perspektif psikologik, spiritualitas juga dikaitkan dengan berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, nir-bendawi, dan cenderung timeless dan spaceless.

Berdasarkan kajian etimologi dan psikologi, spiritual adalah kekuatan, kesadaran, kemampuan tanpa batas yang mendorong seseorang untuk bangkit dari realitas alam pikiran dan perasaan. Kondisi ini akan membawa seseorang untuk mencapai kesucian abadi, dalam menjaga kekuatan intelektual, rasional, moral dan keyakinan kepada Tuhan.

Spiritualitas secara umum dapat berupa Tuhan, jin, setan, hantu, roh-halus, nilai-moral, nilai-estetik dan sebagainya. Spiritualitas agama (religious spirituality, religious spiritualness) berkenaan dengan kualitas mental (kesadaran), perasaan, moralitas, dan nilai-nilai luhur lainnya yang bersumber dari ajaran agama. Spiritualitas agama bersifat Ilahiah karena bersumber dari Tuhan dan tidak bersifat humanistik.

Melalui fitrah spiritual agama, manusia mengetahui mana yang halal dan yang haram, mana yang baik dan mana yang buruk. Spiritual sudah menjadi landasan hidup manusia di Timur sejak ribuan tahun lalu, akan tetapi menghilang karena perkembangan ilmu pengetahuan Barat yang rasional, sedangkan spiritual tidak hanya bicara rasio tetapi juga hubungan rasio (mind) dan roh (spirit).

Lihat Juga :  Surat At Thalaq Ayat 2-3, Mengapa Disebut Ayat 1.000 Dinar?

Dalam pandangan Islam,  spiritualisme tidak bisa dipisahkan dari Tuhan dan agama (religion). Tanpa spiritual, ibadah yang dilakukan hanya menjadi ritual semata, meskipun ritual agama merupakan salah satu bentuk syiar yang harus dilakukan. Ritual agama yang sakral merupakan wujud kesadaran dan cinta kepada Allah sebagai langkah membumikan syariat Islam di muka bumi.

Konsep spiritual menurut Islam terdapat dalam surah asy-Syams: 7-10, bahwa ajaran spiritual Islami hanya dapat diperoleh  melalui jalan syariah Islam yang bersumber dalam al Quran dan hadis. Allah telah memberikan potensi fasik dan takwa, manusia dapat memilihnya, apakah akan mengotori jiwanya (fasik) atau akan mensucikan jiwanya (takwa). Jalan-jalan spiritual dengan mengabaikan syariah akan membuat pengikutnya jauh dari kebenaran Islam dan pelakunya tidak akan memperoleh kedamaian hakiki di dunia maupun akhirat.

Hal ini bermakna juga bahwa nilai spiritual Islam adalah nilai yang mampu membersihkan jiwa fujur manusia menjadi jiwa yang takwa. Nilai yang menjadikan seorang muslim kembali kepada fitrahnya adalah nilai-nilai kebaikan. Seorang muslim yang terus berusaha menanamkan dalam dirinya nilai-nilai kebaikan sesuai dengan tuntunan Islam berarti sedang berusaha mendapatkan pakaian takwa.

▪︎berbagai sumber

▪︎Inspirasi dari kajian Ustadz Reza Esfan Ahad 21 November 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button