LENTERA

Sumber Kebahagiaan itu Adalah…

AsSAJIDIN.COM — Siapa yang di dunia ini tak ingin meraih kebahagiaan? Bahkan untuk meraih rasa itu, banyak orang yang banting tulang dan peras keringat bekerja demi sebuah kebahagiaan.

Sebagian orang pun mengatakan bahwa hidup tak selamanya berjalan dengan mulus. Sedih dan kecewa kerap datang menghantui.

Tak sedikit juga orang yang sudah melakukan yang terbaik, tapi hatinya masih belum bahagia, tidak tenang dan terus menuai kecewa.

Lantas bagaimana konsep untuk meraih kebahagiaan? Dan bagaimana sesungguhnya ukuran kebahagiaan itu?

Kali ini dikupas oleh Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung Aa Gym, mengatakan bahwa sesungguhnya konsep kebahagiaan itu sederhana yakni memiliki hati yang bersih yang dalam istilah Islam dinamakan Qolbun Salim.

Hal tersebut sebagaimana pesan cinta Rosululloh SAW bahwa ‘Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.

Lihat Juga :  Bank Syariah Indonesia Diharapkan Terlibat dalam Program Bedah Rumah Serentak, Penanganan Stunting dan Inflasi

“Dan untuk memiliki hati yang bersih maka hatinya tak diperbudak apapun. Tidak diperbudak oleh pangkat, jabatan, harta, popularitas dan lain-lain,” ujarnya.

Menurut Aa Gym, bahwa tempatkan semua itu di tangan tapi jangan dihati karena jika diletakkan dihati, kemudian suatu saat hilang maka akan kecewa, sedih, tidak terima dan berat hati.

Ia pun mengibaratkan diperbudak oleh pangkat, jabatan, harta, popularitas seperti memegang kawat berduri. Semakin kuat memegang, ketika hilang dan diambil maka akan semakin terluka.

“Bahkan sekarang ada juga yang diperbudak oleh follower, follower hilang, marah-marah, kecewa dan lainnya,” urainya.

Sejalan dengan itu Agym menyarankan bahwa untuk meraih hati yang bersih dan bahagia maka ada lima resep yang harus dilakukan.

Pertama adalah jujur pada diri sendiri atau melakukan tafakur. Mengakui bahwa apapun masalah timbul karena kurang ilmu dalam menyikapi, kurang belajar dan kurang bersyukur.

Kedua adalah Feed Back atau mau menerima masukan orang lain. Masukan dari orang-orang terdekat yang terus menjadikan diri kita menjadi lebih baik.

Lihat Juga :  Duta Literasi Sumsel Ratu Tenny Leriva Imbau Siswa Bijak Menggunakan Literasi Digital

Ketiga adalah manfaatkanlah orang-orang ahli, artinya jika ingin bahagia sering-seringlah belajar kepada mereka yang mampu menjadikan dirinya bahkan keluarga bahagia. Jangan malu untuk terus belajar karena sesungguhnya semua kehidupan butuh ilmu dalam menyelesaikannya.

Keempat adalah manfaatkan hinaan, kritik yang orang berikan kepada kita sebagai sarana memperbaiki diri. Jika pun hinaan itu bukan ada pada diri kita maka jadikan hinaan itu sebagai penggugur dosa.

Dan terakhir adalah pelajari dari orang-orang sekeliling untuk mengambil hikmahnya. Misalnya ada orang cerai, ada orang korupsi, ada orang zinah dan peristiwa di sekeliling kita untuk dikoreksi agar jangan sampai terbawa dalam peristiwa yang sama.

“Jika ditanya apa pesan Saya kepada semua manusia di dunia ini, maka kenali Tuhan Anda dan kenali tugas anda. Orang yang paling baik adalah orang yang membawa manfaat bagi orang lain,” pungkasnya. (*/sumber: sibernas/sugi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button