Buka Jalan Lebar untuk Anak Belajar Ilmu Islam
Janganlah anak-anak hilang kendali karena tidak diajarkan ilmu agama.

Anak-anak kita itu adalah tanggungjawab kita. Kebutuhannya, ilmu agamanya, harus bisa kita penuhi. Ilmu yang bermanfaat baginya adalah Ilmu agama atau syar’I . Karenanya, ajari mereka untuk bisa ikut mendalami agama dengan baik. Bila ada majlis ilmu yang dekat dengan rumah, ajaklah anak untuk bersedia ikut menggali ilmu di sana.
ASSAJIDIN.COM – Anak-anak perlu tahu ilmu dan pengetahuan agama, agar mereka memiliki suluh dalam menjalani hidup ini. Mereka tidak boleh kehilangan arah, harus lurus dan bisa melaluinya dengan tenang dan konsisten pada syariat. Janganlah anak-anak hilang kendali karena tidak diajarkan ilmu agama. Bukanlah sebuah pilihan yang bijak bila hanya memberikan jalan bagi anak-anak hanya dengan mengetahui ilmu teknologi yang bersifat dunia saja. Tapi bukalah jalan lebar bagi mereka untuk memperoleh ilmu agama yang syar’i.
Ada silangpendapat diantara kita soal menuntut ilmu agama Islam . Dr. Syaifudin Hakim, M.Sc, yang menulis pada laman muslim.or.id, mengemukakan bahwa diantara kita menganggap hukum menuntut ilmu agama hanya sekedar sunnah saja, yang diberi pahala bagi yang melakukannya dan tidak berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya.
Padahal, terdapat beberapa kondisi di mana hukum menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap muslim (fardhu ‘ain) sehingga berdosalah setiap orang yang meninggalkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).
Ilmu Syar’i
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama Islam), sebagaimana kata “ilmu” yang terdapat dalam hadits di atas. Kita bias lihat firman Allah Ta’ala, “Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114).
Rasulullah memberikan ilmu kepada anak-anak dan putri-putrinya melalui berbagai langkah; ‘Membuka kehidupan anak dengan kalimat Tauhid Laa ilaaha illallaah. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas RA bahwa nabi bersabda: “Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama kalinya dengan kalimat La ilaha illallah (tiada sesembahan yang hak kecuali Allah)”.
Rasulullah memberikan ilmu kepada anak-anak dengan memberikan pemahaman siapa sebenarnya diri kita, dan siapa Allah , Tuhan semesta alam. Dengan ilmu syariat maka anak-anak memahami dirinya dan menempatkan dirinya sebagai hamba Allah. Sebab, anak hendak tahu hidup yang sesuai dengan Al Quran dengan Hadits.
Kewajiban menuntut ilmu sama halnya dengan kewajiban memberikan ilmu kepada anak-anak dan keluargamu, sebagimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”[QS At-Tahriim: 6]
Ustadz Yulianto yang menulis dalam lamannya sendiri, ,mengutip Imam Attobhari, bahwa penafsira atas ayat di atas untuk menggugah kita mengajak anak, sebagiaman bunyi kalimatnya; “Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan laranglah mereka dari perbuatan maksiat kepada-Nya. Bantulah mereka untuk mengerjakan perintah Allah. Apabila kamu melihat mereka melakukan kemaksiatan, maka tegurlah!”
Dari penjelasan para ahli tafsir itu, dapat dipahami bahwa ayat ke-6 dari QS At-Tahriim itu merupakan sebuah perintah tegas kepada seorang Muslim untuk menjaga keluarganya dari siksa api neraka, yaitu dengan cara memperhatikan pendidikan agama mereka dan selalu memperhatikan tindak-tanduk mereka.
Perintah adalah kewajiban, maka bila perintah tersebut tidak dipatuhi dengan baik oleh seorang Muslim, tentu ada konsekuensi yang akan dia dapatkan di akhirat nanti. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggung-jawaban atas apa yang dipimpinnya.” [HR Bukhari – Muslim]
Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa bila seorang Muslim tidak mendidik anaknya atau tidak membuka jalan bagi anak-anaknya untuk memperoleh ilmu agama Islam dengan baik, maka kelak dia akan dimintai pertanggung-jawaban atas tugasnya di dunia itu, dan tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan. Maka berhati-hatilah, bahwa anak bisa menjadi pembatal orangtua masuk surga. Carikan jalan bagi anak-anak kita untuk belajar agama Islam.(*)
Penulis: Bangun Lubis