Shalih Menurut Al Qur’an
Oleh : Al-Ustadz Muhammad Hisyam
ASSAJIDIN.COM — Sering kali kita mendengar kata shalih atau shalihin dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai kesempatan, kata tersebut, memang, sering diungkapkan oleh orang tua kita, guru kita dan saudara-saudara kita sesama muslim.
Mengapa demikian ? Karena kata tersebut, apabila dikaitkan dengan anak menjadi suatu doa yang kelak diharapkan menjadi suatu kenyataan, khususnya bagi orang tua.
Kata shalih atau sholihun, memang sering kita dijumpai dalam ayat-ayat Qur’an maupun hadits Nabi saw yang artinya orang shalih, orang yang baik, orang yang tidak rusak atau orang yang patut dan cocok menurut ajaran Al-Qur’an.
Dengan kata lain, orang shalih adalah orang yang prilaku dan akhlaknya sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an, orang shalih adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di waktu malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan. (QS Ali Imran 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9).
Dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 105, Allah swt memberikan pernyataan dengan tegas bahwa bumi dan seisinya hanya pantas diwariskan kepada orang-orang shalih. Sebab, merekalah yang dianggap mampu untuk menerima tugas dan amanat ini untuk mengelola dan merawatnya. Namun kenyataanya, sebagian besar penguasa bumi adalah orang-orang fasik yang suka membuat kerusakan, termasuk bumi Indonesia.
Hampir semua para orang tua bercita-bercita ingin mempunyai anak shalih dan shalihah. Oleh sebab itu, setiap kali mereka memanjatkan do’a, baik di waktu pagi maupun petang dan dalam berbagai kesempatan selalu ingin dikaruniai anak shalih dan shalihah.
Dan disamping itu, diantara para orang tua berupaya mengirimkan dan menyekolahkan anak-anaknya ke berbagai Lembaga Pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren dan Madrasah Islamiyah.
Diharapkan setelah mereka mendapatkan bimbingan, pendidikan dan pengajaran agama dari para guru, asatidzah dan para ulama selama berapa tahun anak-anak tersebut menjadi anak shalih.
Para orang tua menyadari bahwa untuk mendapatkan Anah Shaleh tidak cukup hanya dengan berdo’a semata. Akan tetapi, harus berusaha dan mengupayakan melalui dunia pendidikan yang baik dan lingkungan yang baik pula. Dan perlu diketahui pula bahwa Lembaga Pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren dan Madrasah Islamiyah bukanlah pabrik yang memproduksi benda-benda mati yang siap dijadikan apa saja, sesuai dengan keinginan pemiliknya. Oleh karena itu, para orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak shalih harus senantiasa merawat dan memeliharanya hingga mereka dewasa.
Diharapkan, kelak mereka akan menjadi menjadi Anak Shalih dan Shalihah yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya serta bermanfaat, bagi nusa, bangsa dan Agama. Amin. (*)