NASIONAL

Dari Berjuang Jual 5 Ekor Ayam di Bawah Jembatan Ampera, Qodarullah Harnojoyo Bisa Jadi Walikota Palembang

AsSAJIDIN.COM — Menjadi orang nomor satu di Kota Palembang tidak pernah terbayangkan sebelumnya di benak seorang Harnojoyo.

Walikota periode 2018-2023 ini mengakui pernah melalui jalan berliku dan terjal hingga bisa duduk di bangku tertinggi pemerintahan Kota Palembang.

Untuk memberikan semangat kepada ratusan UMKM dalam rangka menerima Dana Insentif Daerah (DID) anggaran 2022, 24 November 2022, Harnojoyo memberikan motivasi.

Harnojoyo dan Silviana menikah tahun 1995 tetapi tetap tinggal di Palembang dan dirinya bekerja di Bank Bali, Lampung.

Berkarir sebagai pegawai Bank Bali, tahun 1998 saat krisis moneter, dirinya berhenti bekerja.

Pada saat dirinya tidak lagi bekerja pada tahun 1999, dia terus berusaha mencari uang demi mencukupi kehidupan sehari-hari.

Hingga akhirnya pada tahun 2000 dirinya memutuskan untuk menjual ayam potong di bawah Jembatan Ampera.

Lihat Juga :  Hj Ainun Binti H.M Nasir Ibunda Wawako Palembang, Sosok Ibu Luar Biasa dalam Mendidik Anak

“Saya mulai jualan ayam potong modalnya 5 ekor. Dalam waktu 6 bulan, Juni tahun 2.000 saya jualan, di Desember saya bisa jualan 4.000 ekor ayam,” katanya.

Ayah dari tiga putra putri ini bercerita bahwa gajinya di Bank Bali saat itu Rp580 ribu perbulan.

“Sedangkan dari menjual 4.000 ekor ayam, keuntungannya bisa mencapai Rp500 ribu perhari bahkan pernah sampai Rp2 juta,” katanya.

Harnojoyo ingin mengembangkan usahanya dengan cara menambah relasi agar omzet jualannya meningkat. Dirinya pun terjun ke dunia politik.

“Tahun 2003 masuk ke partai politik,” katanya.

Di dunia politik pun, Harnojoyo mulai dari bawah. Karier politiknya melesat dari dipercaya memimpin partai tingkat kecamatan hingga tingkat kota.

Dari anggota dewan sampai Ketua DPRD Kota Palembang, hingga kini menjadi Walikota Palembang dua periode.

Lihat Juga :  Dinilai Kebijakan Bikin Gaduh Umat, Parmusi Minta Jokowi Evaluasi Menag

Menurutnya, saat krisis moneter di tahun 1998, pelaku UMKM inilah yang bisa menyelamatkan roda perekonomian.

“Maka dari itu semangat serta sabar adalah modal utama yang harus dimiliki. Jika gagal dan kembali gagal harus berdiri, jangan putus asa,” katanya.

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Sulhikawati mengatakan, UMKM yang mendapatkan bantuan sebanyak 129.

Terdiri dari 114  Single Parent (janda) yang memiliki usaha kuliner serta kerajinan tangan, 15 pelaku usaha yang disabilitas dan 88 pemilik kuliner dan lainnya.

“Palembang sendiri mendapatkan bantuan sebesar Rp500 juta dari pusat. Bantuan berupa mesin jahit, kompor gas, etalase serta gerobak bakso,” katanya. (pitria)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button