Mencari Pemimpin yang Amanah Lagi Bijaksana
![](https://assajidin.com/wp-content/uploads/2022/11/pemimpin.jpg)
AsSAJIDIN.COM –Pemilihan Umum (Pemilu) Raya yaitu Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres), serta Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) baru akan digelar tahun 2024 mendatang.
Secara hitungan hari, pesta demokrasi rakyat itu terbilang masih lama dua tahun lagi.
Tapi tidak demikian bagi kalangan elit politik dan para kandidat bakal calon (bacalon)
legislatif, bacalon kepala daerah hingga bacalon presiden.
Dua tahun bukan waktu yang lama, dua tahun menjadi waktu yang singkat untuk memikat hati rakyat agar cita-cita menjadi pemimpin dengan berbagai program yang ditawarkan terwujud.
KetuaKPU Sumsel Amrah Muslim beberapa waktu lalu mengungkapkan sebagai penyelenggara
pemilu di Sumsel, pihaknya siap melaksanakan Pemilu raya 2024 mendatang yang tak dipungkiri akan semakin banyak tantangannya.
“Memang sesuai amanat undang-undang, kami ditugaskan untuk menyelenggarakan pemilu dan pemilihan, terutama untuk di tahun 2024 ini, kami akan mengulang kembali pemilu di 2019 yang serentak antara Presiden dan legislatif , yang insyaallah akan berjalan lancar,” katanya.
Di antara agenda-agenda Pemilu raya, pemilihan calon presiden menjadi yang paling dinanti masyarakat. Sejumlah nama bermunculan sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden. Namun dari sejumlah nama tersebut ada tiga nama yang selalu masuk posisi tiga besar dalam setiap survei.
Ketiga nama itu yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Tapi tidak menutup kemungkinan nama-nama lain seiring waktu akan pula bermunculan.
Makin banyak nama tokoh yang muncul, makin bingung masyarakat, mau memilih yang mana. Betapa tidak, satu suara sangat berarti, salah memilih, lima tahun bakal jadi “penyesalan”.
Sebagai muslim tentu kita ingin mendapatkan pemimpin favorit yang ama- nah dan
b i – jaksana, yang dapat membawa masyarakat lebih sejahtera dan Indonesia
yang bermartabat.
Sebenarnya adakah kriteria dalam Islam, pemimpin yang ideal itu seperti apa?
Ada tiga syarat calon pemimpin yang ayat tersebut isyaratkan, yakni: Pertama, hafidzun. Yaitu orang yang pandai menjaga, orang yang punya integritas dari empat sifat kepemimpinan Rasulullah yaitu sidiq (jujur), amanat (dapat dipercaya), tabligh, fathonah (cerdas, cerdik, kreatif).
Kedua, alim. Yaitu mempunyai ilmu dan wawasan, serta kebijakan yang kuat terhadap masyarakat yang akan dipimpin, dan mempunyai cakrawala berfikir jauh ke depan. Sebagaimana Nabi Yusuf bisa menafsirkan mimpi rajanya tentang tujuh ekor sapi gemuk dan tujuh sapi kurus, serta mimpi dua orang temannya dalam penjara.
Ketiga, khazaini ardhi (bendaharawan negara). Artinya, sang calon pemimpin sanggup dan punya program memakmurkan masyarakatnya, bukan memikirkan kesejahteraan diri dan keluarganya dan kepentingan lainnya. Program sang calon disinkronkan dengan program sang Raja sebagai Garis Besar yang dituangkan dalam Undang-Undang Haluan Negara. Pemimpin terpilih melaksanan undangundang haluan tersebut.
Ini adalah sikap negarawan, bukan sikap politikus. Pemimpin teladan yang islami adalah Rasulullah, atau orang yang minimal mempunyai empat kriteria kepemimpinan beliau, yaitu: sidiq, amanah, tablig, dan fathonah. Sidiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan,
amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya, dan fathonah berarti cerdas dalam
mengelola masyarakat.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada
Allah).” (QS. Al-Maidah: 55)
Pemimpin yang akan menolong kesuksesan kita adalah: Pertama, orang-orang yang beriman, yang benar-benar beriman kepada enam hal, yaitu: beriman kepada Allah, kepada malaikat, beriman akan adanya hari kiamat,
kepada kitib-kitab Allah, beriman kepada para nabi dan Rasulullah, serta beriman kepada takdir dan qadha-Nya.
Kedua, orang yang mendirikan shalat, minimal shalat wajib lima waktu. Lebih utama yang menambah dengan shalat rawatib, shalat tahajud, shalat Jum’at, serta shalat ‘Idaini.
Ketiga, menunaikan zakat, yaitu mengeluarkan sebagian hartanya secara wajib berupa zakat maal dan zakat fitrah, serta shadaqah, infak, serta shadaqah tidak mengikat lainnya.
Keempat, mempunyai sikap tunduk kepada Allah dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya (habblu minallah). Kelima, Tawadzu’ kepada sesama manusia (hablu minannas).
Sungguh, menjadi pemimpin itu sangat berat. Terpeleset sedikit saja, maka Allah akan murka. Maka siapkan akhlak, ilmu dan mental anda saat dipercaya menjadi pemimpin, di bidang apapun.
Insyaa Allah dengan sama-sama tunduk patuh kepada aturan Allah, Allah akan memberkahi negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dan darul wahdi wa syahadah (negeri hasil kesepakatan). (Novi Amanah/berbagai sumber)