ASSAJIDIN.COM — Semua manusia pasti mendambakan hidup yang mulia baik dunia maupun di akhirat. Sekarang pertanyaannya, siapakah manusia yang dipandang mulia di mata Allah?
Manusia yang mulia di mata Allah adalah yang ”Paling Bertakwa”, demikian yang difirmankan Allah dalam Q.S Al-Hujurat (49):13, ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Jadi yang dipandang mulia di mata Allah adalah orang yang paling bertaqwa.
Hadist Rasulullah SAW bersabda:
Manusia yang paling dicintai Allah SWT adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lain (HR Thabrani).
Lalu apa itu takwa? Mengapa ia sangat mulia di mata Allah? Takwa, di dalam buku-buku karangan manusia hanya diterangkan sebagai tindakan yang tunduk patuh kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Sangat terlalu umum penjelasan tersebut. Tetapi Allah menjelaskan Takwa di dalam Al-Quran dengan sangat rinci.
Penjelasan Allah tentang takwa terdapat di Q.S Ali-Imran (3):133-134, ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”.
Jadi Takwa versi Allah adalah 5 poin utama, yaitu: segera mohon ampun, sedekah baik ketika lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang, dan berbuat baik.
Sangat pantas memang kalau orang yang takwa sangat mulia di mata Allah. Dan sangat patut jika Nabi Muhammad S.A.W menjadikan perintah Takwa sebagai rukun yang tidak bisa ditinggalkan di dalam khutbah, baik khutbah Jum’at maupun khutbah sholat Id, hanya sayangnya… banyak khotib hanya menjadikannya sebagai rukun sekedar membaca… terpenuhi kewajiban rukun saja, tidak menjelaskan benar apa itu takwa.
Mengapa Takwa begitu diutamakan di dalam agama? Karena takwa adalah ajaran Allah untuk manusia yang diwahyukan-Nya kepada seluruh Nabi-nabi-Nya sejak Nabi Adam a.s hingga Nabi Muhammad s.a.w, Takwa adalah ajaran seluruh para Nabi, demikian yang diberitakan Allah di dalam Q.S An-Nisa’(4):131, ”Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”.
Agar manusia selalu ingat dengan ajaaran Allah (taqwa) maka diwajibkan melaksanakan rukun islam yang lima.
1. Syahadat untuk taqwa Firman Allah dalam alquran Surat 16: Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.
2. Shalat untuk taqwa Ketika seorang manusia tidak memahami ayat-ayat Allah, maka bagaimana ia akan tahu hakikat shalat, sedangkan shalat itu ada di dalam Al-Quran? Sesungguhnya shalat hanyalah ritual agar kita selalu ingat kepada Allah, Q.S Thaha:14, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”. Mengingat Allah itu bagaimana? Mengingat Allah adalah dengan mengingat semua perintah-Nya di dalam Al-Quran. Mengerjakan Shalat harus ingat bahwa tujuan shalat adalah takwa, Q.S Al-Baqaarah(2):21, ”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. Hai Manusia sembahlah Tuhanmu… sembahyanglah… agar kamu bertakwa! Jadi tujuan shalat adalah takwa yaitu segera mohon ampun, sedekah sempat sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang dan berbuat baik.
3. Puasa untuk taqwa. Puasa Ramadhan tujuannya juga takwa, demikian yang termaktub dalam Q.S Al-Baqarah(2): ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Jadi tujuan berpuasa adalah Takwa, yaitu segera mohon ampun, sedekah sempat sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang dan berbuat baik. Jika ada seseorang puasa wajibnya tidak pernah bolong… ditambah senin kamisnya… puasa sawalnya dan lain sebagainya tetapi dia masih pelit atau masih suka marah atau tidak mau memaafkan kesalahan orang maka tidak ada nilai puasanya, itulah puasa sebagaimana yang pernah disabdakan Nabi Besar Muhammad S.A.W: ”Berapa banyak ummatku, puasannya tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga”.
4. Zakat untuk taqwa
Firman allah dalam Q.s Alaraaf (7) :156 Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”.
5. Ritual ummat Islam yang terakhir adalah Haji. Ritual yang sangat diagung-agungkan, ritual yang sangat berat, sehingga Allah mewajibkannya bagi yang mampu. Tetapi selama ini ”mampu” disini ditafsirkan hanya sekedar mampu biaya dan kesehatan.
Tidak… sebenarnya tidaklah demikian. Ritual haji memang berat karena modal dasarnya adalah ”Takwa”, demikian yang difirmankan Allah didalam Q.S Al-Barah(2):197, ”(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. “Dan berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. Itulah takwa… itulah ajaran Allah untuk manusia. (*)