KALAM

Harus Makin Menguatkan Iman dengan Istiqomah

Kita menganggap bahwa menerapkan prilaku sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW, akan menjadi beban berat. Padahal sebenarnya mudah, jika bersedia.

Oleh: H. Djuliar Rasyid [ Dewan Redaksi AsSAJIDIN.com ]

Sulit sekali bagi kita untuk menerapkan ajaran Islam sebagaimana yang dianjurkan oleh Al Quran dan Hadist. Kita menganggap bahwa menerapkan prilaku sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW, akan menjadi beban berat. Padahal sebenarnya mudah, jika bersedia.

Dalam benak kita, bila menerapkan anjuran agama ini maka akan dapat menghambat kegiatan sehari-hari, semua pekerjaan bisa terbengkalai. Ini sesuatu pemikiran yang salah dan cenderung menyesatkan kita!

Tetapi begitulah yang terjadi pada sebagian pendapat diantara kita. Sehingga kita selalu hitung-hitungan antara waktu ibadah dengan pekerjaan saat ingin mencari rizki. Keyakinan atas kekuasaan Allah yang memberikan nikmat rizki pun nyaris terpupus. Bila waktu bekerja kurang, maka penghasilan pun kita nilai akan berkurang.

Pendapat dan ‘keyakinan’ seperti itu selalu menghantui kita. Padahal ini pendapat yang tidak benar.Apa sebenarnya yang salah dalam pola berkikir kita sebagai seorang manusia yang memiliki ajaran agama Islam? Pertanyaan ini hendaklah kita telaah, agar tak terjerumus kepada pandangan yang keliru.

Coba kita simak firman Allah : ..”Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS. (6 ) Hud : 11). Lalu mengapa harus takut tak kebagian rizki, sehingga beribadah pun dibelakangkan dari pada bekerja (mencari nafkah)?.

Kalau begitu semua karena Allah. Ketika Allah menjadikan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, sebenarnya tiada lain untuk membimbing kita dari pemikiran yang ‘gelap’ atau pemahaman yang keliru kepada pemikiran yang terangbenderang dan yang lurus.

Harapan, tak boleh kita gantungkan kepada manusia, karena yang mewujud-nyatakan harapan itu adalah Allah. Pun demikian dengan kehidupan ini. Dalam firman Allah SWT, pada  Surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56),”..dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadahkepada-Ku. Ungkapan ini perlu dimaknai sebagai kepatuhan dan ketundukan kita untuk tidak menduakan Allah, atau jangan sampai mendahulukan kepentingan dunia semata.

Lihat Juga :  Semangat dan Serius Berakhlak Seperti Rasulullah, Insya Allah Hidup Bahagia

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS. Al Ahqaaf [46]: 13-14)

Akan tetapi bagaimana pun juga seorang hamba tidak bisa untuk senantiasa terus dan sempurna dalam istiqomahnya. Terkadang seorang hamba luput dan lalai yang menyebabkan nilai istiqomah seorang hamba menjadi berkurang. Oleh karena itu, Allah memberikan jalan keluar untuk memperbaiki kekurangan tersebut yaitu dengan beristigfar dan memohon ampun kepada Allah ta’ala dari dosa dan kesalahan.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya”. (QS. Fushshilat [41]: 6). Di dalam al-Qur’an maupun Sunnah telah ditegaskan cara-cara yang dapat ditempuh oleh seorang hamba untuk bisa meraih istiqomah. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. Allah Ta’ala berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (QS. Ibrahim [14] : 27). Makna “ucapan yang teguh” adalah dua kalimat syahadat. Sehingga, Allah akan meneguhkan orang yang beriman yang memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat ini di dunia dan di akhirat.

Kedua, membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Quran itu dari Robb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl [16]:102)

Ketiga, berkumpul dan bergaul di lingkungan orang-orang saleh. Hal ini sangat membantu seseorang untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah ta’ala. Teman-teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik serta mengingatkan kita dari kekeliruan. Bahkan dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hal yang sangat membantu meneguhkan keimanan para sahabat adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman yang artinya, “Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran [3]:101)

Lihat Juga :  Obrolan Tukang Sate dan Pembeli tentang Islam dan Pancasila (Refleksi Hari Lahir Pancasila)

Keempat, berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat. Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)

Kelima, membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan mereka dalam menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud [11]: 120)

Kaum muslimin rahimakumullah demikianlah sedikit yang dapat kami sampaikan sebagai renungan bagi kita semua untuk meniti jalan istiqomah. Semoga Allah ta’ala memberikan keteguhan kepada kita untuk senantiasa menjalankan syariat-Nya hingga kelak kematian menjemput kita semua. Amiin ya Mujibbassaailiin.

 

Back to top button