Seberat Apapun Cobaan, Janganlah Terlalu Bersedih

Oleh : Bangun Lubis I Pemimpin Redaksi AsSAJIDIN.COM
SEJALAN dengan roda kehidupan, selalu ada ragamnya. Ada sedih dan ada pula senang.Bersama hujan kadang ada kilat menyambar, petir menggelegar dan badai menghempas. Tapi setelah itu semua berlalu, kita juga bisa melihat warna cerianya pelangi. Kebersamaan kita dalam kesulitan dan kesedihan bukan berarti kita tidak pernahkita merasakan adanya kebahagian.
Sebuah syair tertulis; “Jika sebuah tali itu sudah sangat mengencang, itu tandanya akan putus. Jika malam telahmenjelma, itu tandanya bahwa kegelapan akan segera lenyapberganti terang, dan bila sebuah masalah sudah sangat menghimpit, itu tandanya akan ada jalan keluar.”
Begitulah kehidupan selalu terjadi, ibarat siang dan malam, susah dan senang, sedih dan ceria datang silih berganti. “Janganlah kamu bersedih,sesungguhnya Allah selalu bersama kita” (QS.At Taubah : 40).
Pesan orangtua yang banyak makan ‘asam-garam’ dalam pergulatan hidup membesarkan anak-anaknya dan melidnungi mereka, hedaklah janganlah larut dalam kesedihan. Waktu ini terlalu singkat untuk kita lalui dalam kesedihan. Bukankah kita telah mempunyai Islam sebagai agama? Bukankah kita mempunyai Rasulullah sebagai panutan kita? Dan bukankah kita mempunyai Allah sebagai penolong? Berserah dirilah pada Allah yang selalu melindungi hambanya.
Setetes air mata yang jatuh karena keinsyafan, seribu kali lebih baik daripada sejuta mutiara di lautan. Sesaat bersedih karena ingat dosa, adalah lebih mulia dari pada seharian bersedih karena cinta manusia. Sejernih wajah karena wudhu yg sempurna,adalah lebih bercahaya dari kilauan segunung permata. Syair yang begitu menyentuh dari para sahabat, membuat hati menjadi riang. Hati yang riang adalah obat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139). Kalimatulah ini memangkitkan hati kita yang redup. “Setetes air mata dari orang yang takut kepada Allah akan memadamkan api neraka.” (sebuah hadist).
Mengapa harus bersedih jika kita bisa memilih untuk tersenyum? Mengapa kita harus gelisah jika kita bisa memilih untuk bisa memiliki hati yang riang gembira? Mengapa kita harus jatuh, bila kita bisa memilih untuk bisa tetap tegar. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d:28)
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.(An Nahl 127).(*).
Dan bila memang ada kesulitan menyertai hidupmu, namun ingatlah.” … Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah:5-8). Dibalik bencana ada hikmah, ada pelajaran, ada kebaikan. Mari kita renungkan bahwa kita dapat menemukankebahagian dibalik kesedihan.(*)