SYARIAH

Sejarah Nuzulul Quran dan Cara Rasulullah Memperingatinya

AsSAJIDIN.COM — Ramadhan sebentar lagi memasuki hari ke-17. Kita diingatkan di tanggal itu sebagai hari memperingati nuzulul Quran. Apa itu Nuzulul Quran?

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. البقرة 185

“Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Qs. Al Baqarah: 185)

Peringatan terhadap turunnya Al Qur’an diwujudkan oleh masyarakat dalam berbagai acara, ada yang dengan mengadakan pengajian umum.

Lalu bagaimanakah cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabatnya dan juga ulama’ terdahulu setelah mereka memperingati kejadian ini?

Anda merasa ingin tahu apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Seperti dikutip dari Muslim.or.id, penuturan sahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu tentang apa yang beliau lakukan.

كَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ . رواه البخاري

“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al Qur’an bersamanya.” (Riwayat Al Bukhari)

Demikianlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermudarasah, membaca Al Qur’an bersama Malaikat Jibril alaihissalam di luar shalat.

Dan ternyata itu belum cukup bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau masih merasa perlu untuk membaca Al Qur’an dalam shalatnya.

Simaklah penguturan sahabat Huzaifah radhiallahu ‘anhu tentang pengalaman beliau shalat tarawih bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam bilik yang terbuat dari pelepah kurma. Beliau memulai shalatnya dengan membaca takbir, selanjutnya beliau membaca doa:

الله أكبر ذُو الجَبَرُوت وَالْمَلَكُوتِ ، وَذُو الكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

Selanjutnya beliau mulai membaca surat Al Baqarah, sayapun mengira bahwa beliau akan berhenti pada ayat ke-100, ternyata beliau terus membaca. Sayapun kembali mengira: beliau akan berhenti pada ayat ke-200, ternyata beliau terus membaca hingga akhir Al Baqarah, dan terus menyambungnya dengan surat Ali Imran hingga akhir. Kemudian beliau menyambungnya lagi dengan surat An Nisa’ hingga akhir surat. Setiap kali beliau melewati ayat yang mengandung hal-hal yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa memohon perlindungan. …. Sejak usai dari shalat Isya’ pada awal malam hingga akhir malam, di saat Bilal memberi tahu beliau bahwa waktu shalat subuh telah tiba beliau hanya shalat empat rakaat.” (Riwayat Ahmad, dan Al Hakim)

Lihat Juga :  Simak Surat dan Ayat Alquran ini, Tentang Peringatan Bagi Pejabat dan Keluarganya yang Suka Flexing

Demikianlah cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingati turunnya Al Qur’an pada bulan ramadhan.

Membaca penuh dengan penghayatan akan maknanya.

Tidak hanya berhenti pada mudarasah, beliau juga banyak membaca Al Qur’an pada shalat beliau, sampai-sampai pada satu raka’at saja, beliau membaca surat Al Baqarah, Ali Imran dan An Nisa’, atau sebanyak 5 juz lebih.

Inilah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan, dan demikianlah cara beliau memperingati turunnya Al Qur’an.

Sejarah Malam Turunnya Al Quran

Dikutip dari Syariahislam, Allah Ta’ala menurunkan Al Qur’an pada malam Lailatul Qadar, sebagaimana dalam Al Qur’an Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadr 1-5).

Dalam surat Al Qadar di atas disebutkan bahwa Allah menurunkan Al Qur’an pada malam Lailatul Qadar. Malam ini adalah malam yang diberkahi sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi”. (QS. Ad Dukhan : 3).

Malam yang diberkahi yang dimaksud dalam ayat ini adalah malam Lailatul Qadar yang terdapat di bulan Ramadhan.
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman bahwa Al Qur’an itu diturunkan di bulan Ramadhan,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran”. (QS. Al Baqarah : 185).

Dengan demikian, sudah jelas bahwa Al Qur’an diturunkan pada Lailatul Qadar.
Tentang bagaimana Al Qur’an itu diturunkan dari Lauhul Mahfuzh maka ada beberapa pendapat dikalangan ulama.

Pertama, Yang dimaksud dengan turunnya Al Qur’an dalam ketiga ayat di atas adalah turunnya Al Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia, agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian setelah itu Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak Beliau diangkat menjadi rasul sampai wafatnya. Beliau tinggal di Makkah selama tiga belas tahun dan sesudah itu Beliau hijrah dan tinggal di Madinah selama sepuluh tahun, ini merupakan pendapat kebanyakan ulama.

Lihat Juga :  Ayat ke-4 Al-Fatihah, Maaliki Yaumiddiin atau Maliki Yaumiddiin?

Pendapat ini berdasar pada riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau menjelaskan mengenai Nuzulul Qur’an, yaitu waktu diturunkannya permulaan Al Qur’an. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
أنزل الله القرآن جملة واحدة من اللوح المحفوظ إلى بيت العِزّة من السماء الدنيا، ثم نزل مفصلا بحسب الوقائع في ثلاث وعشرين سنة على رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Al Qura’n secara keseluruhan diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Lalu diturunkan berangsur-angsur kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 23 tahun”. (HR. At-Thabari, An Nasai, Al Hakim dan dishahihkan Adz Dzahabi dan Al Hakim).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً

“Dan Al Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian”. (QS. Al Isra : 106).

Kedua, Al Qur’an diturunkan ke langit dunia pada 20 atau 23 malam Lailatul Qadar atau 20 atau 25 malam Lailatul Qadar (sebagaimana adanya perbedaan pendapat tentang lamanya Rasulullah menetap di Mekah setelah diutus).

Di setiap malam Lailatul Qadar diturunkan sejumlah tertentu sesuai dengan ketetapan Allah Ta’ala setiap tahunnya, lalu turun setelah itu secara berangsur-angsur di seluruh tahunnya, demikian pendapat Fakhrur Rozi. Dan dia tidak berpendapat apakah pendapat ini atau pendapat pertama yang lebih utama.

Ketiga, Permulaan Al Qur’an diturunkan pertama kali pada malam Lailatul Qadar kemudian diturunkan setelah itu dengan cara bertahap pada waktu yang berbeda-beda selama kurang lebih 23 tahun. Dengan demikian Al Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini pendapat Asy-Sya’bi.(*)

Back to top button