Esensi Pancasila dalam Pandangan Alquran

Oleh: Muhammad Alimuddin
Fasilitator Pemahaman Alquran
ASSAJIDIN.COM — Marilah kita tingkatkan takwa kita dengan sebenar-benar takwa, yaitu senantiasa tetap segera mohon ampun, bersedekah baik ketika lapang maupun sempit, selalu menahan amarah, senantiasa memaafkan kesalahan orang dan gemar berbuat baik.
Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah,
Juga marilah kita bersyukur kepada Allah robbil alamin dan bersyukur kepada kedua orang ibu/bapak kita masing-masing, sholawat dan keselamatan semoga tercurah sampai kepada seluruh para nabi dan rosul Allah, dimulai dari nabi Adam As sampai dengan nabi Muhammad Saw.
Kali ini kita coba mempelajari Esensi Pancasila dalam pandangan Al-Qur’an.
Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah,
Di dalam sejarah bangsa, bulan Mei sampai dengan Agustus merupakan detik-detik puncak perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan, selama itu juga para bapak bangsa dan segenap rakyat bahu membahu memperjuangkan dasar negara yang majemuk, dasar negara yang mampu mengikat semua perbedaan menjadi satu kesatuan, yang sekarang kita kenal dengan Pancasila. Pancasila adalah 5 dasar pokok yang menjadi pedoman dan falsafah hidup seluruh rakyat Indonesia.
Banyak warga negara Indonesia sendiri mempermasalahkan keberadaan Pancasila sebagai dasar negara. Banyak opini-opini yang bahkan menyudutkan Pancasila sebagai dasar negara dan bahkan jelas ada kelompok-kelompok yang ingin mengganti falsafah negara tersebut dengan ideologi lain misalnya komunis, khilafah dan lain sebagainya. Lalu bagaimana kita sebagai umat muslim menyikapi hal tersebut agar hidup kita di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tetap diridhoi Allah?
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Kita sebagai umat beragama selayaknya tidak berselisih terhadap segala sesuatu yang kita tidak mengetahui ilmunya.
Allah telah menjelaskan yang demikian ini di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran:66 yang bunyinya:
هَٰٓأَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ حَٰجَجۡتُمۡ فِيمَا لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞ فَلِمَ تُحَآجُّونَ فِيمَا لَيۡسَ لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”
Mengapa kita tidak perlu memperdebatkan Pancasila? Marilah kita buka kembali teks-teks Pancasila sekaligus kita buka ayat-ayat di dalam Al-Qur’an.
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sekarang kita buka Al-Qur’an Surat Al-Baqarah:163
وَإِلَهُكُمْ إِلَه ٌ وَاحِد ٌ لاَ إِلَهَ~َ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa”, kira-kira sama nggak dengan bunyi teks sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa. Ternyata sila pertama Pancasila lurus seperti Al-Qur’an, lalu mengapa banyak umat muslim sendiri menentang Pancasila? Bukankah melaksanakan sila pertama sama dengan tidak syirik. Sila pertama adalah ajaran dari seluruh para Nabi yaitu Tauhid.
إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (Q.S Al-Anbiya’:92)
Sila kedua Pancasila: Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mari kita buka Al-Qur’an Surat Al-Maidah:8,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِير ٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat tersebut adalah perintah dari Allah S.W.T agar kita sebagai manusia berlaku adil, walaupun terhadap kaum yang kita benci. Itulah adil dan beradab, dan itulah wujud insan kamil atau manusia sempurna, Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia
Mari kita buka Al-Qur’an Surat Ali Imron:103,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعا ً وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاء ً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ~ِ إِخْوَانا ً وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَة ٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِه ِِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Ayat tersebut jelas melarang kita berselisih, bercerai berai, dan Allah memerintahkan kita untuk bersatu. Karena persaudaraan adalah nikmat dari Allah. Jika ada diantara warga negara di Indonesia yang suka berselisih, memusuhi golongan lain, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang jauh dari nikmat Allah, walaupun KTP nya beragama tertentu, walaupun tiap hari melakukan ritual ibadah, walaupun tiap tahun melakukan perjalanan suci, setiap hari memakai baju agamis, akan tetapi jika dihatinya tidak ada sifat kasih sayang dan persaudaraan maka mereka jauh dari nikmat Allah Yang Maha Kasih Sayang.
Sila Keempat Pancasila:
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Yang pertama rakyat Indonesia dipimpin oleh hikmah, apa itu hikmah?
بــس ، وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ
“Yaa siin, Demi Al Quran yang penuh hikmah”. (Q.S Yaasin:1-2)
تِلۡكَ ءَايَٰتُ ٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡحَكِيمِ هُدٗى وَرَحۡمَةٗ لِّلۡمُحۡسِنِينَ
Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, (QS 30: 2-3)
Hikmah adalah Al-Qur’an itu sendiri, karena nama lain dari Al-Quran salah satunya adalah hikmah.
Dan praktek dari berdasar pada hikmah (Al-Qur’an) harus memutuskan segala sesuatu dengan musyawarah, demikian perintah Allah dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syuura:38, yang terjemahannya:
وَٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِرَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَمۡرُهُمۡ شُورَىٰ بَيۡنَهُمۡ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”.
Jadi sila keempat Pancasila juga berdasar Al-Qura’an. Barang siapa memutuskan perkara dengan sepihak tanpa musyawarah, asal gempur, menyalahkan golongan lain semaunya, menyatakan golongan lain sebagai golongan sesat dengan semaunya… maka di dunia ini mereka akan berurusan dengan polisi… dan di akherat akan berurusan dengan Allah. Karena sebagai warga negara Indonesia mereka telah melanggar Pancasila dan sebagai umat beragama mereka telah melanggar Surat Yaasin:2 dan Surat Asy-Syuura:38.
Sila kelima Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mari kita buka Al-Qur’an Surat An-Nahl:90,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Ayat tersebut jelas perintah Allah agar kita berlaku adil dan berbuat kebajikan yaitu dimulai dengan memberikan sebagian harta kita kepada kaum kerabat. Ayat ini kemudian dijelaskan di Surat An-Nisa’:36 tentang urutan berbuat baik yang dimulai dari ibu, bapak, karib kerabat, anak yatim dan orang miskin yang tetangga dekat dulu baru ke tetangga jauh, kemudian teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Itulah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, jadi apa beda Pancasila dengan Al-Qur’an? Isi Pancasila adalah poin-poin utama perintah di dalam Al-Qur’an. Jadi mari kita jauh-jauh dari perselisihan dan perdebatan tentang Pancasila. Mari kita laksanakan saja isi-isinya, karena melaksanakan isi Pancasila sama dengan melaksanakan isi Al-Qur’an. Artinya melaksanakan Pancasila pasti diridhoi Allah S.W.T, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.(*)