Ghibthoh/Cemburu/Iri Hati dalam Ilmu dan Hikmah

ASSAJIDIN.COM – Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh hasud (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Alquran dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ghibthoh ini merupakan cemburu atau iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain atau menginginkan nikmat yang serupa, namun tidak disertai dengan harapan nikmat itu hilang darinya.
Namun hal ini dijadikan sebagai motivasi kita, berlomba lomba dalam kebaikan. Jika ghibthoh ini dalam hal keta’atan, maka itu dianjurkan.
“Misalkan kita iri pada seseorang yang rajin beribadah dan ingin seperti beliau, itu dianjurkan, dari iri atas ketaatan lalu kemudian berdoa kepada Allah agar ia juga dapat melakukan hal ketaatan seperti itu,”katanya.
Hasad hakiki adalah seseorang berharap nikmat orang lain hilang. Hasad seperti ini diharamkan berdasarkan ijma’ para ulama. Adapun hasad majazi, yang dimaksudkan adalah ghibthoh.
Dalam urusan didunia Allah menganjurkan untuk makhluk nya melihat kebawah namun, dalam urusan akhirat allah menganjurkan makhluknya untuk melihat ke atas.
Hadist pertama rosulullah menjelaskan seseorang yang Allah berikan hikmah serta memproses hikmah dan konsisten atas hikmah tersebut dan mengajarkannya kepada manusia.
“Hikmah disini dalam arti seseorang yang diberi oleh allah ilmu Al Qur’an lalu dibacanya dan didengarkan orang lain,” Kata Ustadz Amran Anwar dalam Kajian Ahad, (7/2/2021) di Masjid Al Furqon Palembang. Cukup banyak peserta pengajian yang hadir dengan tetap menjaga protokol kesehatan untuk menghindari penularan Covid-19.
Lebih lanjut, Ustad Amran mengatakan,
Nabi Shallallualaihi wassalam bersabda ada tiga hal yang merupakan sumber segala dosa, hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya. Hati-hatilah terhadap keangkuhan, karena keangkuhan menjadikan iblis enggan sujud kepada Adam as, dan hati-hatilah kepada loba (tamak), karena ketamakan mengantar Adam memakan (buah) pohon terlarang, dan hati-hatilah terhadap iri hati, karena kedua anak Adam (Qobil dan Habil) salah seorang di antaranya membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati (HR. Ibn ‘Asakir melalui Ibn Mas’ud)
“Jika saat ini masih terjadi pembunuhan akibat dorongan hati itu sudah termasuk amalan jariyah yang buruk dilakukan oleh qobil dan habil,”katanya.
Adapun cara meninimalisisr hasad dengan meminta perlindungan dari Allah, kemudian perbanyak dzikir contonya istighfar.
“di niatkan dalam hati, ya Allah aku berlindung padamu dari sifat hasad”katanya.(*)
Penulis: tri jumartini