Hilangnya Keteladanan di Tengah Kita

Oleh : Emil Rosmali [ Pemimpin Umum AsSAJIDIN.COM ]
Islam memiliki sifat sebaik-baik umat, sebagaimana yang disebut dalam Al Quran “Khaira ummah’. Ternyata setelah ditelusuri penyebabnya tak lain adalah kurangnya keteladanan. Prilaku anak muda makin kehilangan akhlak, santun dan bahkan nilai moralitas sebagaimanya yang dicontohkan Rasulullah SWA. Rasulullah memberikan teladan yang baik dan akhlak yang agung, pribadi yang mulia kini seperti hilang dari diri kita.
Nafsu amarah dan prilaku yang menyimpang makin menjadi sebuah kebiasaan. Rasulullah dengan para sahabat sesungguhnya tidak pernah membuat hati ummat tergores dan amarahnya muncul. Mereka malah mendoakan orang lain dengan doa terbaik walaupun orang lain itu mengkhianati.
Pada bagian pidato Presiden Joko Widodo, beberapa waktu lalu, menyinggung soal kehilangan akan keteladaanan itu. Ia menyebutkan banyak anak-anak muda yang prilakunya menyimpang. Sopan santunya hilang dan nilai-nilai kebaikan tergerus. Sering kali terlihat ada kasus saling memarahi hanya karena sebuah kasus yang kecil saja.
Presiden mengingatkan bahwa ini bukanlah nilai moral anak bangsa. Bangsa ini memiliki nilai yang santun dan suka saling menolong. Karena itulah agaknya sudah saatnya kita mengembalikan nilai-nilai yang baik terhadap bangsa ini. Masyarakat harus bisa memperoleh teladan yang baik. Tidak sampai nilai moral terrampas dari pribadi bangsa Indonesia.
Keteladanan sangat erat kaitannya dengan komitmen, kejujuran dan integritas. Keteladanan berarti melakukan apa yang diucapkan dan mengucapkan apa yang sudah dilakukan. Seorang guru atau pendidik harus bisa menampilkan suri tauladan yang baik didepan anak-anak didiknya.
Keteladanan memang sangat berat, tetapi harus dilakukan. Betapa anak muda atau anak-anak kecil kita tidak mampu lagi menyayangi dan menghormati akibat mereka tidak diberikan contoh yang baik. Itu pula tugas pemerintah untuk mengembalikan keteladanan moralitas sesuai dengan tradisi bangsa. Presiden jugalah yang pertama menjadi contoh. Jangan sampai terlalu mengadopsi cultur bangsa lain, sehingga menggerus budaya dan moralitas negeri kita.(*)