Meninggalkan Sesuatu (Hijrah) karena Allah, tapi Jangan Sampai Anggap Diri Sok Suci
ASSAJIDIN.COM — Saat ini banyak orang yang meninggalkan sesuatu atau kebiasaan ke arah lebih baik, untuk mendalami agama Islam baik dilakukan oleh kalangan milenial maupun generasi sebelumnya. Mulai dari mengubah penampilan seperti mengenakan hijab, berpakaian syari, hingga perubahan perilaku yang berbeda.
Misal makin getol belajar membaca Alquran, serta melakukan salat tepat waktu dan bangun Tahjjud malam.
Dengan melakukan hal itu, mereka bahkan merasa sangat top dalam mendalami Islam.
Tapi, hijrah jangan terkesan eksklusif, atau bahkan sampai terkesan sok suci.
Diungkapkan Ustadz Fauzan Amin, misalnya saja setelah hijrah, tiba-tiba seseorang jadi membatasi pergaulan. Mungkin awalnya akrab dengan teman, kemudian mendadak tertutup. Sebab dia dihantui rasa takut terpengaruh dengan dunia lamanya.
Atau mereka menutup diri dari media sosial, dengan cara menghapus foto-foto di Instagram, Facebook, Twitter dan lainnya. Dengan tujuan takut mengumbar aib masa lalunya.
“Ada juga awalnya pendiam justru setelah hijrah jadi aktif, suka ngasih saran teman-teman dan keluarganya, suka melontarkan dalil. Ada juga yang agak ekstrem. Pasca-hijrah malah suka menyalahkan dan cenderung mendekati orang lain, tampak egois dan terlihat sok pinter, sok paling suci sendirian,” kata Ustadz Fauzan Amin.
Allah SWT berfirman,
فلا تزكوا انفسكم هو اعلم بمن اتقى
Artinya: “Jangan kalian merasa sok paling suci. Karena hanya allah yg paling tau siapa yang paling bertakwa”.
Berbeda dengan para santri, dari kecil sudah terdidik Islami di pesantren. Mereka sudah terbiasa salat lima waktu, tampil berhijab untuk perempuan, hapal Alquran, membaca kitab klasik, hingga Tahajjud malam.
Di mata mereka, hal seperti itu tidak dianggap istimewa. Walaupun ilmu agamanya tinggi, mereka tetap tawadhu, rendah hati, tidak sombong, sopan, serta tetap fokus giat belajar agama. (*/Sumber: okrzone)