Kepala LAPAN Menjawab, Mengapa Ada Perbedaan Penetapan Awal dan Akhir Puasa
AsSAJIDIN.COM – – Dalam Islam, untuk menentukan bulan Ramadan tentunya diperlukan beberapa pengamatan visual dengan pemunculan hilal atau bulan baru atau pemunculan isbat. Dalam hal ini menjadi dasar penting dimulainya ritual (puasa ramadan).
Selama ini kita mengenal ada metode Rukyat dan metode Hisab. Metode Rukyat merupakan dasar dari hadis Rasul ‘Shuumu li ru’ yatihi’ bahwa berpuasalah apabila melihat hilal dan berbukalah apabila melihat hilal. Kemudian, metode hisab dasar hadis juga yaitu ‘faqdarulah’ apabila tertutup olehmu melakukan rukyat karena sebab awan dan lainnya, maka faqdarulah (maknai perkiraan dengan menggenapkan bulan berjalan).
Didalam Al Qur’an Surah Al baqarah ayat 185 dikatakan ” barang siapa yang menjumpai ramadan, maka berpuasalah”. Surah tersebut menyebutkan berkata mengenai ‘hilal’ untuk penentuan haji.
Kepala Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof. Thomas Djamaluddin menjelaskan, sebab tidak terlihatnya hilal secara astronomis salah satunya yaitu hilal adalah penanda bahwa siklus bulanan mulai dari bulan sabit, setengah, lalu purnama dan kembali lagi kepada bulan sabit lalu bulan sabit dua dalam surat yasin disebut seperti pelepah kurma yang kering, terjadi dalam satu siklus. Lalu, siklus tersebut (seperti pelepah kura yang kering) itu adalah bulan sabit akhir bulan yang adanya di ufuk timur menjelang matahari terbit. Setelah melihat bulan akhir, kemudian besok pagi harinya dan pada magrib kita tidak akan melihat bulan sabit (bulan mati) lalu berikutnya kita akan melihat bulan sabit di ufuk barat(penanda mulainya siklus bulan baru).
“Hilal ini dijadikan sebagai penentu siklus karena tandanya sudah jelas sesuai urutan penjelasan tadi,”kata Kepala Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof. Thomas Djamaluddin, dalam Streaming YouTube Republika Channel, Senin (12/04/2021)
Kemudian mengenai Hisab. Pada zaman Rasulullah dijelaskan secara sederhana sekali, dibuktikan ketika khalifah umar menentukan kalender hijriah atas dasar hisab periodik. Oleh sebab itu, kenapa bulan ramadan tidak pernah kurang dari 29 hari.
Dari dua metode yang dilakukan oleh umat, tentunya memiliki konsekuensi. Metode Rukyat pasti ada verifikasi dan dihadiri orang yang mengitsbatkan (pemerintah), pakar hukum islam dan orang yang paham terkait itsbat.
Kemudian, Hisab tidak bisa di tentukan secara sembarangan. Diperlukan kriteria awal bulan seperti apa. Ada beberapa kriteria prasyarat mapannya suatu siste kalender yaitu ada otorita tunggal yang mengatur, ada kriteria tunggal yang disepakati, dan ada batas wilayah yang disepakati.
Ia mengatakan wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah dan ketinggian bulan 2 derajat yang dihunakan NU semua menunjukkan pada saat magrib 12 april 2021 posisi bulan telah memenuhi kriteria. Dalam arti secara hisab ditentukan awal Ramadan 1442 jatuh pada 13 april 2021.(*)
penulis: tri jumartini