Tidak Ada Faedahnya Memiliki Sifat Sombong

Oleh: H. Emil Rosmali { Pemimpin Umum Assajidin.com ]
ASSAJIDIN.com – Ada satu kutipan firman Allah yang artinya; “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Al Israa’ 37)
Makna dari ayat itu kira-kira, menyebutkan kepada kita bahwa tiada yang lebih kehebatannya kecuali hanya Allah Shubhana wata’ala. Oleh karenanya, tiada guna kita merasa lebih pintar, lebih kaya, lebih kuat, karena jelas manusia hanyalah seonggok daging yang lemah tiada berdaya. Dalam Al Qur’an, manusia disebut tercipta dari air yang hina.
Pesan itu memberi peringatan kepada manusia agar tidak sombong, sebab tiadalah kesombongan akan menjadikan kita lebih kuat dan hebat, melainkan akan melemahkan hati dan membuat orang akan menjauh malah menjadi terhina diantara sesama manusia lainnya.
Dalam sistem sosial dimana manusia hidup bersama dan saling ketergantungan, maka kesederhanaan dan kelembutan serta kesabaran merupakan kemuliaan yang semulia-mulianya bahkan lebih dihormati oleh sesama.
Berjalan pun tak Boleh Sombong
Allah melarang kita untuk menjadi sombong: “Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman 18)
Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .”(Al Mu’min 76).
Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita akhirnya jadi dewasa. Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman.
Dalam ayat mulia di atas disebutkan, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia.” Yang dimaksud adalah janganlah engkau memalingkan wajahmu ketika sedang berbicara pada yang lain atau ada yang mengajak bicara. Ini menunjukkan sifat sombong pada mereka. Ketika berbicara arahkanlah wajahmu kepada lawan bicara. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
“Jika engkau bertemu saudaramu, berwajahlah ceria di hadapannya. Waspadalah dengan menjulurkan celana di bawah mata kaki karena perbuatan tersebut termasuk kesombongan. Namanya sombong tidak disukai oleh Allah.” (HR. Ahmad 5: 63).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata mengenai ayat tersebut, “Janganlah bersikap sombong sehingga membuatmu meremehkan hamba Allah dan wajahmu malah berpaling ketika mereka mengajakmu bicara.” Demikian diriwayatkan oleh Al ‘Aufi dan ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas.
Zaid bin Aslam pun berkata yang serupa, “Janganlah bercakap-cakap dengan yang lain dalam keadaan wajahmu berpaling dari lawan bicaramu.” Demikian pula diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Zaid bin Al Ashom, Abul Jauzaa’, Sa’id bin Jubair, Adh Dhohak, Ibnu Yazid dan lainnya.
Ibrahim An Nakho’i berkata bahwa yang dimaksud adalah cara berbicara yang keras.
Syaikh As Sa’di menjelaskan, “Janganlah berpaling atau bermuka cemberut ketika bercakap-cakap dengan yang lain karena sombong dan angkuh.”
Dalam lanjutan ayat disebutkan, “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.” Maksud ayat ini adalah janganlah bersikap sombong dan angkuh. Janganlah melakukan hal tersebut karena dibenci oleh Allah. Oleh karenanya, Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Syaikh As Sa’di berkata mengenai ayat ini, “Yang dimaksud adalah jangan bersikap sombong yaitu begitu bangga dengan nikmat dan akhirnya lupa pada pemberi nikmat. Dan jangan pula merasa ujub terhadap diri sendiri.”
Adz Dzahabi berkata dalam Al Kabair mengenai haramnya isbal. Beliau membawakan ayat, “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” (QS. Lukman: 18).