Uncategorized

Beras Cap Kopiyah Kucing Produk Para Santri yang Siap Bersaing

AsSAJIDIN.COM — Memberikan manfaat bagi para umat dan masyarakat, inilah niatan awal  yang melatarbelakangi Pondok pesantren (Ponpes) Izatun Nida’, yang berada desa Desa Batu Kucing, Kecamatan Musirawas Ilir, Kabupaten Muaratara.

Pondok pesantren salafiyah pertama di Muaratara ini pun melakukan terobosan dengan membuat produk beras kopiyah kucing, yang mana produk ini merupakan produk asli dari pesantren.

Kenapa dinamakan beras cap Kopiyah Kucing, diterangkan kopiah biasanya identik dengan santri, para santri ini lah yang memproduksi beras ini, sementara nama kucing sendiri di ambil dari nama desa Batu Kucing sekaligus tempat diproduksi. Demikian diungkapkan Suskito (36) pengasuh sekaligus penggagas ide dari produk beras ini.

Ditemui di pesantren Assandiah yang juga masih dalam milik mertuanya, di Jalan Banten 5 Kec Plaju Palembang, Minggu (14/ 02/2021), pria tamatan S2 Pendidikan agama Islam, di universitas negeri Islam ini pun, bercerita awal mulanya dia tercetus membuat memproduksi beras cap kopiyah kucing.

Berawal dari keprihatinannya melihat kondisi wali murid dan masyarakat yang ada di daerah sekitar pesantren yang banyak mengalami kesulitan ekonomi. untuk menghidupkan ekonomi itu pesantren berupaya bagaimana agar para wali ini bisa bekerja.

Lihat Juga :  Ayat-ayat dalam Alquran yang Mewajibkan Sikap Toleransi (Menghargai Perbedaan)

“Kampung saya ini mayoritasnya penduduknya bekerja sebagai petani karet dan sawah. Kalau pun ada yang sawit itu rata-rata punya perusahaan mereka (masyarakat) hanya bekerja, dan karena kian hari harga karet kian yang anjlok, wali murid banyak merugi yang sudah susah jadi tmbah susah ekonominya,”  terangnya.

Suskito selaku mudir pesantren pun berinisiatif dengan membeli membeli gabah dari para petani yang akan diolah menjadi beras , dalam proses pengolahan itu melibatkan banyak orang otomatis menciptakan lapangan kerja dan peluang.  Dengan begitu bisa masyarakat bisa bekerja terutama para wali murid bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan, dan persawahan menjadi lebih produktif yang tadinya hanya panen 2 kali setahun diharapkan bisa jadi 3 kali panen. Beras ini memang asli dari penduduk dan memang bagus tidak ada campuran kimia, tidak kalah dengan produk yang ada.

“Hak paten merek pun sudah disetujui oleh Bupati dan Wakil Bupati Muratara, sekarang sedang diusahakan sertifikasi agar mampu bersaing dengan produk lain yang sejenis,” kata Suskito.

Produk beras Kopiyah Kucing ini pun sudah banyak mendapat respon positif dari masyarakat bahkan wakil bupati Muaratara pun sudah ikut memesan namun buruknya infrakstruktur jalan di kala hujan, membuat beras cap kopiyah kucing inii banyak dikirim lewat sungai melalui speed boat, dengan muatan yang lebih sedikit.

Lihat Juga :  Membangun Semangat dalam Menghafal Alquran

“Harapanya nanti pesantren bisa lebih banyak menampung gabah atau pun beras dari petani untuk memenuhi kebutuhan desa batu kucing semuanya juga desa- desa lainya. Dan bisa menjalar ke kabupaten juga dijual umum dengan harga sama di pasaran,” tambahnya.

Bukan cuma di daerah Batu Kucing ini, ketika ada berasnya sudah siap, setiap Jumat akan dibuatkan pasar santri, atau sejenis kalangan. J”adi semua orang dari daerah desa lain bisa membeli produk ini, maklum di daerah ini kalangan juga belum ada,” ujarnya sembari tersenyum,

Untuk produksi, Pesantren saat ini bekerja sama dengan pabrik penggilingan. “Doakan saja nanti lambat laun pesantren akan mengusahakan untuk punya sendiri.

Saat ini, yang dijual hanya ada beras kemasan lima kilo.  Dari hasil pembelian 25 persen keuntungan yang masuk dikembalikan sebagai infak untuk pesantren izatun Nida’  Assanadiah. (*/sumber:assajidingroup/hendy saputra)

Back to top button