MOZAIK ISLAM

Kisah Tsabit dan Tragedi Buah Apel

AsSAJIDIN.Com — Tsabit… suatu ketika berjalan-jalan di sebuah kebun yang indah, tiba-tiba ia melihat buah apel lantas ia ambil lalu dimakannya. Setelah itu ia tersadar belum minta izin pada pemiliknya. Dengan perasaan gelisah akhirnya ia menemui pemilik kebun itu. Singkat cerita, pemilik kebun tersebut mengikhlaskan apel tersebut dengan syarat Tsabit harus menikahi putrinya yang buta, bisu, tuli dan lumpuh. Ia sangat terguncang dengan pilihan pemilik kebun itu. Setelah ditimbang-timbang antara azab dunia dan akhirat, akhirnya ia pun setuju dengan persyaratan itu.

Setelah akad nikah… Allahu Akbar, ia nyaris tak percaya, ternyata istrinya adalah seorang wanita yang sangat cantik, berilmu dan penuh ketaqwaan. Dia buta dari melihat hal-hal yang haram, bisu dan tuli dari berbicara dan mendengarkan hal-hal yang dimurkai Allah ‘Azza wa Jalla serta tak pernah melangkahkan kakinya pada jalan yang haram.

Lihat Juga :  Doa Hari ke-16 Ramadhan, Ya Allah, Jauhkan Aku dari Pergaulan Orang Jahat

Tragedi buah apel telah mengubah seorang Tsabit menjadi orang yang penuh dengan kebahagiaan. Dari pernikahannya lahirlah Nu’man bin Tsabit atau yang akrab disebut Al-Imam Abu Hanifah. Dialah imam besar yang telah mengukir dunia dengan ilmu dan amal shalih.

Buah Kebaikan
Hidup kadang unik dan sulit ditebak bagaimana akhirnya. Tetapi satu hal yang harus dipahami, ketika kita berbuat kebaikan, Allah pasti akan membalasnya. Itu pasti ketika kebaikan itu benar-benar dari lubuk hati yang dilandasi ikhlas hanya mengharap keridhaan-Nya semata. Bisa jadi balasan itu dari orang lain yang sama sekali tak terduga. Mungkin di dunia atau bisa pula di akhirat. Allah berfirman:

Lihat Juga :  Mengingat Kembali Arti dan Makna Kata Husnul Khotimah

“Tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan (pula)” (QS. Ar-Rahman: 60).

Dalam Q. S. Al-Muzzamil ayat ke- 20 Allah berfirman,

“Dan kebaikan itu apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik“.

Begitu juga dengan keburukan yang kita tanam akan menghasilkan balasan atau azab di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Tinggal manusia bagaimana memposisikan dirinya apakah berbuat kebajikan atau kejelekan.(*/sumber:muslimah.or.id)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button