Keturunan Nabi dan Alasan Hormat Serta Berpegang Teguh Kepadanya
Karena sekali lagi.. islam tidak menganut paham keturunan. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, yang kemuliaan hambaNya ditentukan oleh iman dan takwanya (serta ilmunya).
Oleh: Adib Gunawan
Praktisi kesehatan dan aktivis pendidikan
Sudah kita ketahui bersama, bahwa islam adalah agama yang Allah SWT memandang hambaNya kepada iman dan takwanya, bukan pada suku, ras, warna kulit dan keturunannya.
Jika sampai terjadi, bahwa islam menaruh perhatian pada suku, ras, warna kulit dan keturunan atau hal lainnya selain iman dan takwa sebagai standart kemuliaan agamanya.., dan bila islam menaruh diskriminasi.., maka islam adalah agama yang tidak adil. Ia berlawanan dengan bahkan tata nilai yang ada, apalagi tata nilai sebuah agama samawi, yaitu agama langit.
Bila islam memandang keturunan, maka sesungguhnya kita semua adalah keturunan Nabi mulia sbg penghulu orang yang bertobat, yaitu keturunan Nabi Adam A.S yg bergelar Adam Shafiyullah.
Semua Nabi adalah keturunan Adam. Tapi semua penentang Nabi seperti Namrud, Firaun, Abu Jahal juga keturunan Adam pula.
Bahkan Kan’an adl anak langsung dari Nabi Nuh AS.
Sayyidina Hamzah R.A adl paman Nabi, tapi Abu Lahab adl jg paman Nabi pula.
Dan lebih jauh, Islam yang pecah menjadi 73 golongan aqidah, yang mana hanya 1 golongan yang haq.., kita tdk bisa menjamin bahwa di dalam 72 golongan lain yang tdk haq tsb pasti tidak ada anak cucu Nabi.
Sayyidina Ali memang sepupu Nabi. Tapi Abu Bakar, Umar dan Ustman, ketiganya bukanlah siapa2nya Nabi.
Kepada Abu Bakar, Umar dan Ustman yang bukan siapa2nya Nabi, Rasulullah SAW memberikan pujian dan legitimasi akan ketinggian maqom spiritual mereka, sebagaimana hal yang sama juga beliau sampaikan tentang Ali Bin Abi Thalib yang merupakan sepupu beliau.
Demikianlah.. bersama dengan contoh2 yg lain.., maka mnrt islam, kemuliaan dari agama seseorang bukan terletak pada keturunan dan hubungan darah, tapi pada iman dan takwanya. Bahkan ilmu pun akan meningkatkan maqom seseorang, hanya bila ia mengantarkan pada iman dan takwanya. Kedudukan ilmu bukan pada ilmu itu sendiri, tapi bagaimana ia dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaannya.
Di atas adalah maqom spiritual scr umum, yaitu yg ditentukan oleh iman dan takwa.
Lebih detail lagi tentang maqom seseorang sepeninggal Nabi adalah bagaimana ia menjadi penerus tongkat estafet kenabian.., yaitu melanjutkan tugas tabliq menyampaikan risalah islam. Maka, dari sisi inilah ulama yg saleh juga memperoleh kedudukan khusus, tidak lain tidak bukan adl terkait dg tugasnya sebagai penerus para Nabi, mewarisi karakter kenabian dan mengemban misi kenabian.
Selanjutnya, bila ada pertanyaan, “Bila keturunan tidak menjadi faktor maqom spritual seseorang, mengapa Nabi SAW meminta umatnya untuk berkirim sholawat kepada beliau dan juga kepada keluarganya, dan meminta umatnya berpegang teguh pada keturunannya?”
Jawabnya adalah: Dengan penglihatan beliau yang bersinar serta mata batin beliau yang menembus masa depan, beliau bisa menyaksikan bahwa para tokoh agung masa depan yang memiliki keimanan dan ketakwaan tinggi serta para ulama pewaris kenabian adalah berasal dari keturunan beliau.
Atas dasar itulah beliau meminta umatnya untuk mendoakan keluarganya sebagai bentuk penghormatan, dukungan dan sokongan kepada keluarga dan keturunan beliau, dan meminta umatnya untuk berpegang teguh pada keturunannya tsb. Bukan semata mata karena alasan keturunan hubungan darah, tapi adalah karena faktor karena keimanan, ketakwaan dan mewarisi karakter kenabian dan mengemban misi kenabian.
Sebagai contoh, Ulama besar yang pernah ada, (yang membawahi jutaan santri, memiliki ratusan ribu pengikut dan menyebar ke seantero bumi menyebarkan risalah islam), dalam kajian biografi mereka, mereka adl berasal dari garis keturunan Nabi dari Sayyidina Hasan-Husein.
Diantara mereka adl Sayyid Ahmad Sanusi, Sayyid Idris, Sayyid Yahya, yang masing2 memiliki jutaan murid.
Yang lebih besar dari mereka adl Sayyid Syeikh Abdul Qadir Jailani, Sayyid Imam Ja’far Sodiq, Sayyid Imam Zainal Abidin, Sayyid Imam Abu Hasan As-Sadzili, Sayyid Al-Baidhowi, Sayyid Syeikh Ahmad Rufai, dll.
Sayyid Ustadz Bediuzzaman Said Nursi yang memiliki jutaan murid yg tersebar ke seluruh dunia, juga berasal dari keturunan Nabi. Dari garis ayahnya berasal dari Sayyidina Hasan. Dari garis Ibunya berasal dari Sayyidina Husein.
Bahkan ulama mengatakan, kasih sayang dan ciuman Nabi SAW kepada cucunya Sayyidina Hasan ketika masih kecil ada bagian kasih sayang dan ciuman yang besar utk keturunan Hasan, yaitu Syeikh Abdul Qadir Jailani dan keturunan2 Sayyidina Hasan lainnya yang merupakan ulama2 pewaris kenabian.
Dan kasih sayang dan ciuman Nabi kpd Sayyidina Husein, ada bagian kasih sayang dan ciuman yang besar utk keturunan Sayyidina Husein yaitu Imam Ja’far As-Shodiq, Imam Zainal Abidin dan ulama2 lain garis keturunan Sayyidina Husein yg merupakan ulama2 pewaris kenabian.
(Bahkan menurut Hadist, Imam Mahdi akhir zaman adalah berasal dari garis keturunan Nabi juga).
Jadi, kasih sayang Nabi kpd keturunannya bukan semata2 karena hubungan darah, melainkan adl karena dari garis keturunan Nabi tersebut terdapat2 tokoh besar ulama pewaris kenabian yang mewarisi karakter Nabi dan mengemban misi kenabian. Dan kita umatnya diminta untuk berpegang teguh kepada keturunannya tersebut adalah karena dari sisi ini, yaitu karena para ulama2 tersebut mewarisi karakter mulianya Nabi dan pewaris misi kenabian. Jadi kita memberikan penghormatan kepada garis keturunan nabi juga karena dari sisi ini pula.
Sehingga, dalam hal ini, penghormatan kita kepada para Habib saat ini adalah karena alasan sejauh mana ia mewarisi karakter mulia Nabi sbgmn para keturunan nabi ulama2 besar terdahulu spt Syeikh Abdul Qadir Jailani, Syeikh Ahmad Rufai, Ustadz Bediuzzaman Said Nursi dan lainnya yang mewarisi karakter mulia Nabi dan sebagai penerus misi kenabian. Bukan semata2 karena alasan hubungan darah semata.
Bila ada Habib, tapi tidak mewarisi karakter mulia kenabian dan tidak mengemban misi kenabian, maka ia tidak masuk dalam sabda Nabi supaya kita berpegang teguh padanya.
Karena sekali lagi.. islam tidak menganut paham keturunan. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, yang kemuliaan hambaNya ditentukan oleh iman dan takwanya (serta ilmunya).
Perkara para ulama besar penerus Nabi tsb adalah juga ternyata dari garis keturunan Nabi pula, maka kepada mereka mereka para ulama itulah kita hormat dan berpegang teguh kepada mereka , disamping karena terkait dg maqom spiritualnya yang mewarisi karakter mulia nabi dan sbg penerus misi kenabian, juga ada nilai tambah dikarenakan kedudukannya yg mulia sbg ahlul bait yg tentu saja scr alamiah dan fitrah memiliki tabiat dan loyal kpd islam dan loyal kepada nenek moyangnya, yaitu Nabi SAW. Bukan semata mata karena alasan “darah” dan bergelar habib saja, sehingga kepada semua habib kita harus cinta, hormat dan berpegang teguh kepada mereka secara buta. Wallahu alam.(*)