KELUARGA

Hukum Share Berita Melalui WA atau Medsos dengan “Ancaman” Menurut Islam

 

AsSAJIDIN.COM — Kita mengetahui di dalam dunia sosial media begitu banyak orang men-sharing berita, hanya karena ia merasa tergugah dengan berita tersebut, senang, atau bahkan merasa terancam ketakutan dengan adanya berita tersebut, padahal berita tersebut belum pasti akan kebenarannya. Celakanya banyak sekali fitnah tersebar di sosial media, dan inipun begitu mudahnya tersebar, bergulir bagai bola liar. Tidakkah kita takut akan ancaman terhadap orang yang berpartisipasi menebar fitnah?

Sebaliknya ada juga yang menshare berita atau info yang memang baik, misalnya menyampaikan ayat, atau hadist dengan motivasi untuk mengingatkan. Tapi sayang saat membaca di penghujung berita, tulisannya seperti ini. “Mohon sebarkan, bila tidak anda bukan Orang Islam yang baik”. Atau tulisannya ada juga yang begini : “Jangan berhenti di kamu saja, sebarkan ke 10 teman Anda, kalau tidak Anda akan mengalami hal yang buruk”.

Untuk berita-berita hoax atau belum tentu kebenarannya, jelas Islam mengajarkan kita agar jangan setiap ada berita atau isu langsung diekspos ke masyarakat secara luas. Hendaklah kita jangan mudah termakan berita yang kurang jelas atau isu murahan kemudian ikut-kutan menyebarkannya padahal ilmu kita terbatas mengenai hal tersebut.

Lihat Juga :  One Day One Ayat Surat Ar Rum Ayat 21 Pedoman Berumah Tangga

Jangan sampai kita ikut berpartisipasi dalam menyebarkan berita-berita yang tidak ada dasar akan kebenarannya, dan tanpa ilmu akan benarnya berita tersebut, karena hal itu termasuk ikut menyebarkan kedustaan serta ikut menyampaikan kedustaan. Sebaiknya kita menyaring dulu berita yang sampai kepada kita dan tidak semua berita yang kita dapat kemudian kita sampaikan semuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dalam hadist :

“Cukuplah sebagai bukti kedustaan seseorang bila ia menceritakan segala hal yang ia dengar.” (HR. Muslim)

Lalu bagaimana untuk memaksa share info atau berita disertai dengan “ancaman” di ujung tulisan? Hal ini justru lebih parah lagi. Semua apa yang akan terjadi nanti adalah mutlak urusan Allah. Tidak ada hak manusia untuk “menyumpahi” sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri kita. Kecuali doa yang baik.

Sesungguhnya sikap seorang muslim yang benar dan metode yang tepat dalam menghadapi isu-isu berita-berita kosong, berita-berita yang bermacam-macam yang tidak diketahui kebenarannya serta tidak diyakini kevalidannya, sikap yang wajib ditempuh adalah mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya.

Lihat Juga :  Waspada Hati Menjadi Mati karena 10 Hal ini

Jika pun berita itu baik, bukan urusan kita lagi apakah orang lain akan melakukan hal yang sama dengan kita. Justru memberikan ancaman dengan sesuatu yang kita tidak tahu sama sekali (akan terjadi) akan membawa kita kepada kefasikan.

Mari kita memperhatikan kaidah mewujudkan kemaslahatan dan menolak kemudorotan dalam menyebarkan berita dan menyiarkannya kepada masyarakat umum.

Ingatlah, Allah berfirman (yang artinya) dalam Alquran :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujuroot : 6)

Semoga kita bisa menjauhi sifat gampang menyebarkan yang belum jelas kebenarannya atau memaksa orang untuk menyebarkan sesuatu dengan cara mengancam. Wallahualam bishawab. (*/sumber: alhikmah)

Back to top button