BRG Sumsel Pamerkan Hasil Produk Kerajinan Tangan Asal Purun

ASSAJIDIN.COM — Guna meningkatkan ekonomi masyarakat, Badan Restorasi Gambut (BRG) Sumatera Selatan mengajak warga desa Menang Raya Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan membuat berbagai macam kerajinan tangan.
Hasi kerajinan tangan tersebut dipamerkan bertempat di Kantor TRGD Sumsel, Jum’at (11/9/2020).
Kepala Desa Menang Raya, Suparedy, mengatakan, semenjak warganya dibina BRG Sumsel. Produk purun perlahan dikenal publik dan luar daerah. Sebagian dari 2.151 Kepala Keluarga (KK) di sana pun mayoritas menjual kerajinan tersebut.
“Rata-rata penghasilan tani dari purun, di sini (Menang Raya) ada satu kelompok namanya mawar yang bekerja (membuat kerajinan) ada 16 orang dengan keseluruhan anggota 21 orang. Mereka mendapat pelatihan BRG Sumsel untuk memasarkan dan membuat kerajinan purun,” katanya saat ditemui dalam Kegiatan Pameran BRG hasil pendampingan masyarakat di desa-desa gambut Sumsel, Jumat (11/9/2020).
Selain lewat pembinaan BRG Sumsel, pemasaran kerajinan purun juga tersebar melalui kerja sama mitra usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia yang melibatkan beberapa daerah lain meliputi kota-kota yang ada di Provinsi seperti Kalimantan Selatan, Jambi, Jawa dan Lampung.
“Seperti Banjarmasin dan lain-lain, jadi kita kolaborasi berbagi informasi pemasaran. Bagi yang berminat dengan produk kami juga bisa memesan online dengan langsung menghubungi saya di WhatsApp 085764127277,” katanya.
Produk kerajinan tangan purun yang ditawarkan kata Suparedy yakni berupa tikar, masker kain bercorak jumputan dengan ornamen purun, sendal, wadah tisu, lapisan tempat minum atau tumblr, tas pernak-pernik, dompet, aksesori dinding seperti lukisan anyaman purun, bakul nasi, serta tanjak atau penutup kepala seperti topi khas Sumatra Selatan.
“Sebelum ada BRG Sumsel, kita hanya membuat tikar. Sekarang berkembang dan berinovasi. Terbaru masker dan sendal yang harapannya dapat menembus masuk di semua hotel di Sumsel,” ungkapnya.
Biasanya, dari kerajinan purun untuk satu tikar ukuran 1×2 meter berasal dari 500 batang purun dan per batang dihargai Rp8 ribu. Sedangkan produk seperti sendal atau tas, dalam pengolahannya hanya membutuhkan bahan purun sebanyak 8 batang.
“Tikar tergantung motif juga, rata-rata dijual Rp200 ribu, kalau seperti tanjak, tas dan sendal kisaran Rp10-25 ribu. Sekarang fokus kita dengan bahan sedikit, menghasilkan pendapatan besar. Purun merupakan sejenin ilalang atau rumput-rumputan,” jelasnya.
Menurutnya, kesulitan pengolahan purun bukan terletak dari keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia), melainkan lebih karena lahan purun yang mulai berkurang. Akibat sudah banyak milik masyarakat diambil alih pihak-pihak perusahaan atau PT yang ada di lingkungan setempat.
“Dulu kita pernah dua kali demo untuk jangan masuk ke PT (kepemilikan lahan). Alhamdulillah ada hasil, pemerintah ada membuatkan Perda dan sempat mediasi. Kebanyakan terjadi di Kecamatan Pedamaran Desa Cinta Jaya,” terangnya.
Saat ini, lanjutnya, lahan Purun di Desa Menang Raya hanya ada 80 hektar. Angka tersebut sudah menurun dari beberapa tahun belakangan. Selain purun, dari tanah gambut di Kecamatan Pedamaran juga menghasilkan pohon ramin, pulen (pulai) dengan memanfaatkan getah, kopi, pinang, trembesu dam kayu pelawan (dapat dikembangbiakan untuk penyemaian madu).(*)
Penulis: tri jumartini