Uncategorized

Kisah Pasutri Lansia, Bertahan Hidup Numpang di Rumah Petak 3×2 Meter, Butuh Perhatian

ASSAJIDIN.COM — Keterbatasan fisik ditambah dengan keadaan pandemi Covid19 membuat Asli Wijaya (66) hidup dengan mengandalkan bantuan dari warga sekitar.

Sehari hari, Asli Wijaya bekerja jadi tukang becak sejak tahun 1972 sampai sekarang.

Walaupun dengan keadaan Asli yang sudah lansia, rambut memutih dan badan sudah membungkuk. Ia tetap menarik becak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama sang istri.

Saat wartawan AssajidinGroup bersama tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendatangi kediaman di daerah Jalan pertahanan Plaju, Kamis sore (16/7/2020) untuk memberikan paket sembako  disambut oleh Asli dan istri Ning Aina (60).

Ning Aina yang tidak dapat melihat di karenakan gagal operasi mata menyambut kedatangan timwtim dengan keterbatasan penglihatan.

“Maaf ya, saya bukannya gimana. Saya tidak bisa lihat wajah kalian,” kata Ning saat mempersilahkan masuk ke dalam rumahnya.

Ning bercerita Sebelumnya mereka tinggal menumpang dengan keluarga (adiknya). Namun, karena sempat bertengkar selisih paham antara mereka. Jadi keduanya menumpang di atas tanah Hj Maimunah.

Lihat Juga :  Kisah Sepasang Suami Istri yang Sangat Miskin

“Alhamdulillah Cik Mai baik orangnya, kita didirikan rumah ini di awal tahun 2020,”katanya.

Asli yang tidak mempunyai anak, hanya tinggal berdua bersama istri Ning Aina(60) di rumah papan dengan ukuran 3×2 meter yang dikelilingi rawa.

Melihat suasana rumah, keadaan dalam rumah dibagi menjadi dua bagian dengan skat papan. Bagian depan tampak dapur dan pakaian sedangkan bagian dalam tempat tidur dan sholat.

“Awal kita tinggal sejak 7 bulan lalu tidak ada listrik, kalau malam gelap ditambah saya juga tidak bisa melihat. Alhamdulillah keponakan bantu pasang listrik 10 juli kemarin,” kata ning.

Ning mengaku, dirinya menikah dengan Asli sejak tahun 2011 yang lalu.
“Saya waktu itu janda ditinggal suami meninggal sejak 2007 lalu nikah dengan kakak (Asli) yang saat itu bujang tua,”katanya.

Lihat Juga :  18.082 Mahasiswa dan 328 Ponpes Dapat Bantuan UKT, Terdampak Covid-19

Ning bercerita, walaupun Asli sudah tidak kuat lagi. Namun asli tetap semangat mencari nafkah demi menyambung hidup mereka.
“kakak selalu bangun subuh, untuk narik becak di sekitar pasar Yakin, walaupun kadang ga dapet penumpang, “katanya.

Dengan keterbatasan fisik badan membungkuk, banyak penumpang enggan menaiki becaknya karena merasa iba dengan kondisi yang dialaminya.

“Kalo kakak(asli) pulang sering tak bawa uang, saya bilang ya sudah mau bagaimana lagi, namanya kita orang susah. Makan apa adanya saja,”katanya sambil mengusap air matanya.

Saat Asli membawa uang hasil bekerja, terkadang Ning pergi ke pasar membeli ikan satu ekor dengan harga 5000 rupiah untuk dimakan berdua.

Pasangan suami istri tersebut tak banyak berharap selain diberi kesehatan dan rezeki yang cukup untuk menjalani hidup berdua.

“Alhamdulillah, terimakasih bantuannya. Kami berdoa agar diberi kesehatan dan rezeki untuk makan sehari-hari,”kata Asli.(*)

Penulis Tri Jumartini

Back to top button