AsSajidin.com Palembang. — Bulan Ramadhan bagi masyarakat Kota Palembang selalu memiliki cerita tersendiri. Bahkan terdapat satu tradisi yang berusia lebih dari satu abad yaitu tradisi membagikan bubur suro kepada warga menjelang berbuka puasa.
“Dinamakan bubur suro karena dibuat dan diracik oleh salah satu pendiri Masjid Al-Mahmudiyah atau Masjid Suro yang juga termasuk masjid bersejarah Kota Palembang terletak di Jalan Ki Gede Ing Suro Kelurahan 30 Ilir,” kata salah seorang remaja masjid Muhammad Irsan, kepada AsSajidin Senin (27/4/20).
Meskipun ditengah pandemik corona, kata Ikhsan masjid Al-Mahmudiyah yang terkenal dengan sebutan Masjid Suro ini tetap melaksanakan pembagian rutin “bubur suro ‘ kepada jamaah masjid, warga masyarakat sekitar maupun para pendatang. Hanya saja, di tahun ini sedikit mengalami perbedaan dalam pengelolaan pendistribusiannya.
“ Jadi kalau ramadhan sebelumnya, jamaah di persilahkan menyantap hidangan takjil bubur suro tersebut di lokasi. Namun karena menghormati keputusan pemerintah dan demi kebaikan bersama, bubur tersebut terpaksa dikemas dalam satu wadah kemasan dan di distribusikan kepada warga untuk dibawah pulang, “ ujarnya seraya berharap pembagian bubur suro ditengah covid-19 ini tetap tidak menghilangkan ke khasan tradisi yang telah bertahan ratusan tahun tersebut.
Untuk diketahui, dalam membuat bubur suro setidaknya dibutuhkan lima kilogram beras dan 20 liter air bersih untuk 100 piring porsi bubur, serta berbagai rempah yang menjadi bumbu utama dalam proses pembuatannya.
“Untuk bumbunya ada bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, kecap, bumbu sop dan minyak makan,” kata Artibi salah seorang juru masak masjid Suro.
Ia menjelaskan jika, beras yang sudah dicuci dimasak dan diaduk selama kurang lebih tiga jam, kemudian racikan bumbu yang sudah ditumis dimasukkan ke dalamnya lalu diaduk hingga mengeluarkan aroma yang khas.
“ Pada masakan bubur juga dimasukkan satu kilogram daging sapi yang dipotong kecil-kecil untuk menambah lezat sajian bubur ketika disantap, “ ungkapnya seraya menyebut jika bubur suro hanya ada pada momentum tertentu saja seperti saat bulan Ramadan dan lebaran anak yatim yakni tanggal 10 Muharram.
Editor : Jemmy Saputera