Usai Hari Kasih Sayang Justru Banyak Laporan Korban Kekerasan Seksual
AsSAJIDIN.COM —Kekerasan seksual menjadi sulit untuk diungkap dan ditangani dibanding kekerasan terhadap perempuan lainnya karena sering dikaitkan dengan konsep moralitas masyarakat. Maka dari itu Suara dan Aksi anak muda menjadi peran penting dalam penghapusan kekerasan sosial dan pencegahan perkawinan anak.
Dalam Talkshow Hari anti kekerasan seksual, Women Crisis Centre (WCC) menggelar Aksi Kolektif bertema “Suara dan Aksi Anak Muda Sumatera Selatan dalam rangka Penghapusan Kekerasan Seksual dan Pencegahan Perkawinan Anak”, Jum’at (14/02) di Griya Agung (Istana Gubernur) Sumatera Selatan, Jalan Demang Lebar Daun Palembang.
Ketua TP PKK Provinsi Sumsel Hj. Febrita Lustia HD mengatakan untuk berhenti melakukan kekerasan seksual dan mengajak kaum muda mudi agar sadar sejak dini akan bahaya yang didapat. “untuk itu penting sekali pendidikan seks sejak dini, bagaimana mengetahui seksualitas dan mencegah keerasan semsual,” katanya.
Oleh karena itu, anak muda agar mencari kegiatan positif yang menjadi kegemaran, dan buat bangga kedua orang tua dengan keahlian positif yang di punya.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Direktur Eksekutif WCC Palembang, Yeni Roslaini Izi mengatakan bahwa tahun lalu di bulan April dan Mei banyak kasus yang datang mengenai kekerasan seksual usai peringatan hari kasih sayang muda mudi.
“Banyak contoh kasus seperti ini, muda mudi merayakan kasih sayang dengan membuktikan kepada pasangan untuk melakukan hubungan seksual dan terjadilah kekerasan seksual,”katanya.
Untuk itu, kita mengajak meningkatkan pengetahuan serta meningkatan kepedulian masyarakat khususnya generasi muda mengenai kekerasan seksual dan perkawinan anak terutama terkait penyebab, dampak dan upaya pencegahannya.
Menurut yuni kekerasan seksual dan pernikahan dini akibat kurangnya pengetahuan mengenai edukasi seks sejak dini. “Akibat kurangnya edukasi seks sejak dini, muda mudi menonton film porno dan mempraktekkannya di lapangan dan terjadi kekerasan seksual,” katanya.
Sambungnya, Ada 15 bentuk kekerasan seksual yaitu pemerkosaan, perbudakan sesual, pemaksaan perkawinan, pemaksaan aborsi, pelecehan seksual, prostitusi paksa, penyiksaan seksual, praktik tradisi, eksploitasi seksual, pemaksaan kehamilan, pemaksaan kontrasepsi, kontrol seksual, penghukuman nuansa seksual, perdagangan perempuan dan intimidasi seksual.
“kelima belas bentuk tersebut bukanlah final, karena ada kemungkinan sejumlah bentuk kekerasan seksual yang belum kita kenali akibat keterbatasan informasi, “Jelasnya.
Sementara itu, Finalis Puteri Indonesia 2020 Gabriela Devita Febiola salah satu korban kekerasan seksual menyikapi hal tersebut dengan berani berbicara. “Korban harus speak up dan berbicara, menjadi korban terkadang membuat malu untuk bercerita kepada orang, terpercaya, namun yakinlah bahwa setiap hujan pasti akan ada pelangi,”kata Gabriela.
Menjadi korban kekerasan seksual tentunya menyisakan trauma yang terdalam, cara yang ia lakukan untuk menenangkan diri sendiri yaitu dengan cara mencintai diri sendiri.
“Cari teman yang bisa dipercaya untuk mengobrol atau pergi ke dokter dan terpenting Love yourself, cintai diri sendiri terlebih dahulu, bagaimana kamu memandang diri kamu di cermin dan mencintainya,” katanya.
Kegiatan dihadiri oleh narasumber yaitu Ketua TP PKK Provinsi Sumsel Hj. Febrita Lustia HD, Ketua Pokja 1 TP PKK Provinsi Sumsel Hj. Telly P Ulviana Siwi, Anggota DPR RI dan Duta Literasi Sumsel Hj. Percha Leanpuri, B. Bus, Finalis Puteri Indonesia 2020 Gabriela Devita Febiola.
Selain Talkshow, Ragam acara kegiatan lainnya yaitu penampilan drama musikal oleh Teater TERIAX SMA PGRI 2 Palembang, Pentas seni puisi dan tari kreasi, serta eduasi melalui games.(*)
Penulis: Tri Jumartini