SYARIAH

Dua Rahmat Allah yang Besar Bagi Orang Takwa

ASSAJIDIN.COM —  Manusia bertakwa memiliki keutamaan di sisi Allah SWT. Ketika seseorang bertakwa, dia akan mendapatkan rahmat Allah dua bagian.

Pertama, cahaya penerang saat berjalan mengarungi kehidupan. Kedua, ampunan dari Allah SWT. Orang bertakwa senantiasa akan takut kepada Allah SWT. Dia segera ingat kepada Allah ketika dibayangi pikiran jahat akibat bisikan setan. Sesaat di goda, seketika itu dia melihat ke salahan-kesalahannya. Padahal, manusia kafir dan fasik selalu membantu setan dalam menyesatkan mereka tanpa henti. Ajaibnya, manusia ini tetap teguh.

Dia akan mengikuti kebenaran yang datang dari Tuhan — sementara orang yang ingkar mengikuti kebatilan. Berkat ke gigihannya ini, dia pun menda pat kan hikmah dan pengetahuan. Tidak hanya kebijaksanaan, orang bertakwa pun mendapat rezeki di dunia dan di akhirat.

Rezekinya datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah akan menghapus kesalahan me reka dan memperbaiki keadaan mereka. “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar bagi nya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkasangkanya.” (QS ath-Thalaq: 2- 3).

Terkadang, kita memang me lihat orang bertakwa tidak dibe ri kan materi. Dia tampak miskin di pelupuk mata. Sebaliknya, orang yang tidak bertakwa mendapatkan rezeki berlimpah. Setiap makhluk mendapatkan rezeki. Ayat tentang keutamaan orang-orang bertakwa tidak ber arti jika orang tidak bertakwa tak diberi rezeki. “Dan, tidak satu pun makhluk bergerak (bernya wa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS Hud:6).

Lihat Juga :  Masya Allah, Merenungi Rahmat dan Kasih Sayang Allah SWT yang Tiada Batas

Rezeki yang didapatkan orang kafir terkadang memiliki sifat haram dan ada pula yang halal. Mereka tidak diberi rezeki ke cuali dengan bersusah payah. Berbeda dengan orang bertakwa.

Dia dikaruniai rezeki dari Allah dari arah yang tidak di sang ka-sangka. Rezeki mereka tidak didapatkan dari sebabsebab haram dan jelek. Orang ber takwa pun tidak akan dihalangi oleh Allah untuk mendapatkan rezeki yang mereka butuh kan. Hanya, ia dijaga dari keme gahan dunia sebagai bentuk kasih sayang Allah kepadanya dan demi kebaikannya. Boleh jadi, re zeki yang melimpah justru mendatangkan mudharat bagi penerimanya.

Sebaliknya, rezeki secu kupnya adalah rahmat baginya. “Maka, adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Namun, apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku te lah menghinaku.” (QS al-Fajr: 15-16).

Tidak semua yang dilapangkan rezekinya berarti dimuliakan. Tidak semua yang disempitkan rezekinya berarti dihinakan. Tidak semua yang disempitkan rezekinya berarti dihinakan. Terkadang, kelapanan rezeki bisa berarti istidraj (dibiarkan bersenang-senang di dunia).

Sebaliknya, orang yang disempitkan rezeki dimaksudkan untuk menjaga dan membentenginya. Makna lainnya adalah sempitnya rezeki bagi seorang hamba boleh jadi disebabkan dosa dan kesalahannya. Allah SWT telah berpesan jika kebaikan itu dapat menghapus keburukan.

Pada tingkat yang lebih tinggi, memohon ampunan bahkan menjadi sebab datangnya rezeki dan nikmat. “Dan, sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada me reka air yang cukup. Dengan (ca ra) itu Kami hen dak menguji me reka. (QS al-Jin: 16-17).

Lihat Juga :  Betapa Indah Pohon Takwa

Di dalam hadis, Nabi SAW ber sabda, “Barang siapa yang memperbanyak istighfar, Allah jadikan baginya kemudahan dari setiap kesulitan dan menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan. Dan, Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disang ka nya.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

Takwa pun menjadi pelita hidup di mana kita bisa membedakan mana yang benar dan buruk. “Jika kamu bertakwa kepa da Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu.” (QS al- Anfal: 29).

Maksud dari kata Furqan di sini adalah cahaya pembeda antara hak dengan batil. Kata ini di padankan dengan bashira (petunjuk). Ayat itu pun berlaku umum untuk semua bentuk jalan keluar dari kesempitan baik bersifat lahiriah maupun kesempitan batiniah.

“Barang siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat hida yah (petunjuk). Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan, barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak. Seakan-akan dia (sedang mendaki ke langit.” ( QS al- An’am: 125). Wallahualam. (*/SUMBER : REPUBLIKA/ disadur dari buku Tazkiyatun Nafs karya Ibnu Taimiyah)

Back to top button