SYARIAH

Empat Hal Berbuat Baik yang Diridhai Allah (3-Selesai)

AsSAJIDIN.COM — Sudah kita simak mengapa kita harus berbuat baik, pada tulisan sebelumnya. Berbuat baik tak lain untuk kebaikan diri kita sendiri, bekal kita bila ingin selamat di akhirat.
Lalu bagaimana perbuatan baik yang pasti diridhoi Alloh?
Yang pertama: berbuat baik adalah untuk kebaikan diri sendiri, bukan untuk Allah. Karena Allah adalah tuhan tidak membutuhkan apapun.
“Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri”. (Al-Jasyiah:15)
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (Q.S Fathir:15)
Yang kedua: yang disebut berbuat baik adalah yang mendatangkan efek manfaat kepada orang lain. “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. (Q.S Al-Qoshos:77).
Yang ketiga: yang disebut berbuat baik adalah mendatangkan manfaat bagi semesta alam. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya’:107).
Yang keempat: berbuat baik harus “tartil” atau teratur, berurutan, baik dan benar.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnusabil dan hamba sahayamu”. (An-Nisa’:36).
Pembangunan akhlak dimulai dengan berbuat baik kepada manusia dengan memberi makanan (sedekah) ke fakir miskin dan semua yang membutuhkan, pemberian contoh makanan sehat, pengobatan dan lain-lain. Pemberian makan kepada fakir miskin bukan tanggung jawab negara… akan tetapi tanggung jawab setiap manusia (fardhu ‘ain).
Mari kita cermati lagi Q.S Al-Ma’un:1-7
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna”.
Ibadah ritual apapun yang kita kerjakan akan tetap celaka jika kita lalai dari hakikat ibadah tersebut. Sholat apapun yang kita kerjakan semuanya akan celaka jika kita tidak pernah mendorong orang lain memberi makan fakir miskin, memelihara anak yatim, dan menolong manusia dengan barang yang berguna. (*/Selesai)
Back to top button