Uncategorized

Menjadi Muslim Kaaffah, Baik untuk Dunia maupun Akhirat

AsAJIDIN.COM — Pandangan manusia terhadap dunia, merupakan standar yang mempengaruhi cara mereka mengisi kehidupan fana ini. Hal tersebut, bisa kita representasikan dari tiga model manusia.

Manusia model pertama, adalah sosok yang begitu Percaya Diri melenggangkan tubuh dengan sehelai kostum minim mengumbar aurat.

Dengan bangga sosok manusia bernama wanita tersebut merasa bahwa ‘mumpung’ tubuhnya masih keren, dan memiliki daya tarik luar biasa bagi yang memandangnya. Secara sadar, wanita itu juga merasa bahwa ‘mumpung’ dirinya masih muda, memiliki pandangan bahwa produktifitas membiarkan dirinya berekspresi dengan bebas.

Ya, dengan alasan ‘mumpung’ itulah dia memandang dunia sebagai wahana mencari kesenangan semata. Tak kenal halal-haram, yang penting bahagia dalam pandangan kasar mereka.

Para fans dan pendukungnya pun memiliki pandangan yang sama. Malah mereka tanpa merasa berdosa, mengolok-olok manusia lainnya yang mengkritisi penampilan artis pujaan hatinya.

Model manusia yang pertama ini, dia memandang dunia dengan gaya “suka-suka gua”. Jangankan halal-haram, lah wong perkataan kiai dan ulama saja mereka lawan. Manusia model inilah yang banyak sekali kita jumpai di masa kini. Betul tidak?

Adapun manusia model kedua, siapa mereka? Mereka adalah muslim yang rajin menegakkan sholat, bahkan puasa ramadhan tak pernah mereka tinggalkan. Naik hajipun mereka lakukan dengan mengorbankan uang tabungan. Namun sayang, mereka masih senang dengan bisnis ribawi. Mereka memilih cuek ketika anak tetangga berzina. Mereka cuek ketika kelaparan dan kemiskinan menjadi pemandangan keseharian.

Lihat Juga :  DPD AJO Indonesia Kepri Gugah Pengguna Jalan Donasi untuk Palu-Sigi-Donggala

Jika ada pribahasa “di luar bagai madu, di dalam bagai empedu”. Artinya, tak mau menjadi manusia baik seutuhnya. Kalo sudah kadung maksiat, lupa akan panasnya azab Allah SWT yang Maha Hebat. Tanpa beban mengatakan “wanita nggak berhijab gak apa-apa, yang penting bisa jaga diri, daripada berkerudung, tapi suka pacaran.”

Pasti ungkapan “STMJ” (Sholat Terus Maksiat Jalan) adalah ungkapan yang paling tepat menggambarkan model manusia kedua ini. Dan jumlah manusia model begini itu, lebih banyak lagi dari jumlah manusia model pertama.

Pandangan setengah sholih, setengah maksiat ini muncul karena tertancapnya sebuah pemahaman sekuler, di mana agama hanya ada di masjid dan musholla, ataupun pengajian-pengajian. Sedangkan di luar itu, agama dianggap tidak punya hak mengatur mereka. Sedangkan pandangan sekuler ini sangatlah berbahaya bagi pemebentukan kepribadian mereka dan generasi selanjutnya.

Selanjutnya, ada manusia model ketiga. Yaitu, manusia langka di jaman ini. Keberadaannya dianggap “berbahaya”. Kok bisa?

Ya, model ini adalah manusia-manusia yang sedikit-sedikit, bicara iman dan taqwa. Sedikit-sedikit bicara syurga dan neraka. Kalo nggak halal, ya haram! Dan kehidupan mereka, mengikuti jalan yang ditempuh Rasulnya. Bukan tipe yang taat agama saja, namun juga menjadikan agama sebagai sumber rujukan dalam memandang masalah yang menimpanya.

Ya, inilah model manusia yang mengambil Islam sebagai aturan hidupnya. Mulai dari bangun tidur, hingga bangun negara. Bukan hanya zina dan riba yang dijauhkan dalam kehidupannya. Demokrasi sebagai sistem politik buatan manusia di negeri inipun, bukan jalan mereka untuk meraih kekuasaan.

Lihat Juga :  Ceramah Ustadz Das'ad Latif Viral, Sindir Orang yang Gampangnya Mengkafirkan Orang

Mengapa mereka sampai begitu? Apakah mereka alergi dengan maksiat? Ataukah mereka benci terhadap segala hal yang menjauhkan dari taat?

Iya betul, mereka lebih baik menjadi manusia model ketiga, walaupun jumlahnya belum seberapa. Iyakah? Iyalah, dibanding jumlah manusia model pertama dan kedua.

Jangan khawatir, dalam Islam, yang benar itu tak dilihat dari jumlah banyak atau sedikit pengikutnya. Namun, yang benar itu, adalah mereka yang berani menjadi muslim seutuhnya dengan mengambil Islam secara sempurna.

Inilah model manusia yang dirindu syurga. Manusia yang memiliki pandangan hidup yang sempurna. Paham bahwa mereka hidup di dunia takkan selamanya. Paham bahwa semua amal perbuatannya akan dihisab di hari kiamat. Paham bahwa hidup ini dipersembahkan hanya untuk yang Maha Hidup.

Semoga kita mampu mengambil hikmah dari gambaran tiga model manusia. Dan dengannya, kita tak lagi salah dalam memahami bagaimana menjadi muslim yang seutuhnya. Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kalian mengikuti langkah setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al Baqarah: 208).(*/sumber: republika/tulisan Yulida Hasanah)

Back to top button