Uncategorized

Terputusnya Urat Malu Karena ” Prank”

ASSAJIDIN.COM PALEMBANG — Tertawa dan bercanda bagaikan garam dalam kehidupan. Tertawa dan bercanda dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kesibukan sehari-hari yang terkadang menjenuhkan, bahkan suri teladan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersenyum dan tertawa bahkan bercanda dengan para sahabatnya bahkan anak kecil.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah bercanda kepada seorang nenek-nenek sebagaimana diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqi’ah).”[Mukhtashar Syamaa-il dan Ash-Shahiihah no. 2987]

“ Dalam kisah tersebut, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan sesuatu candaan yang sebenarnya tidak dusta melainkan Ia menyampaikan suatu kabar gembira yang benar adanya,”ujar Ustadz Abdullah Haris, Pengasuh Rumah Tahfidz Al Hidayah membuka perbincangan bersama AsSajidin Selasa (25/6/19).

Dalam kesempatannya, Ustadz Haris menanggapi fenomena prank. Yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna sebagai perbuatan jahil yang bermaksud menjahili seseorang dengan tujuan bercanda untuk kesenangan. Nge-prank biasanya dilakukan dengan teks, chat atau video yang diunggah ke situs jejaring sosial seperti Youtube, Facebook, Instagram, dan media sosial lainnya. Melihat fenomena tersebut, AsSajidin akan merangkumnya dalam sudut pandang Islam sebagai berikut :

“Miris, permainan prank menjadi trend dewasa ini, bahkan menjadi program TV dan ditonton oleh banyak orang.Celakanya, tidak banyak para pemuka agama yang melarang perbuatan itu, ”tuturnya.

Lihat Juga :  Innalillah, Tug Boat Kecelakaan di Sungai Musi, Satu ABK Meninggal Dunia

Ia berujar, bahwa bercanda dan mengandung kebohongan adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh agama. Bagaimana pun juga hukum asal berbohong itu tidak boleh dan masih banyak cara lainnya untuk bercanda yang diperkenankan oleh syariat. Bahkan kata dia, bercanda seperti ini dilarang oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” [HR Abu Dawud no. 4990. Hasan]

Ia menambahkan, bahwa dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin rumah di surga bagi mereka yang meninggalkan berkata dusta walaupun dalam hal bercanda. Sebagaimana sabda beliau. “Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” [HR. Abu Dawud, no. 4800; shahih]

“ Bercanda dengan berbohong juga termasuk membuang-buang waktu kita yang sangat berharga. Lebih baik kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Lagi pula di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya’.” Ujarnya menguraikan Hadist Riwayat. At-Tirmidzi, Hasan.

Mengacu pada fenomena nge-prank dikalangan anak muda saat ini, Ustadz Reza, Staf Humas Pondok Pesantren Kebajikan turut angkat bicara. Menurutnya, fenomena nge-prank membawa fakta tak terbantahkan jika generasi kita saat ini sedang mengalami ‘sindrom pembebek.’ Atau dalam kata lain dikenal dengan istilah generasi muda tanpa jati diri, dan cenderung dengan mudah mengikuti fenomena baru tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya.

“Fenomena nge-prank ini diawali oleh artis-artis di akun Youtube mereka. Nge-prank dilakukan seperti berpura-pura sakit sehingga membuat semua orang panik, berpura-pura menjadi orang gila dan sebagainya. Bahkan ada yang lebih gila lagi, menjadikan nge-prank sebagai ajang maksiat . Seperti prank yang dilakukan anak muda di akun Youtube miliknya, “Prank Pacar di Cup*ng Cowok Lain”. Juga di akun lain dengan judul “Prank Pacar!! Aku Hamil Yang !!!! Mau Dibunuh dan Keluar Kata Kebon Binatang segala. Ini kan sudah menandai diri bahwa mereka sebenarnya sudah terputus urat malunya, “kata Ustadz yang juga berprofesi sebagai pengacara muda ini.

Lihat Juga :  Masuk Pelayan Publik, 187 Anggota Satpol PP Divaksin Covid-19

“Miris dan menyedihkan, ini justru dilakukan oleh kebanyakan generasi muda yang seharusnya merupakan dambaan umat. Kok, justru bangga dengan menggunakan maksiat sebagai bahan candaan. Tanpa rasa malu, mereka menjadikan ranah seksual sebagai bahan candaan. Mereka mengunggah sendiri video prank tersebut demi mendapatkan banyak viewer, like, subscriber dancomment. Sedih rasanya, ingin menangis juga tiada guna,”tuturnya seraya menyebut jika rasa malu tidak lagi menjadi pertimbangan dalam melakukan suatu perbuatan.

Ia mengatakan, sebenarnya, bercanda dan tertawa boleh-boleh saja, asalkan tidak dilakukan terus menerus dan menjadi kebiasaan dalam hidup, sebab terlalu banyak tertawa akan membuat keras hati bahkan bisa mematikan hati.

‘Kalau sudah begitu, hati sulit menerima kebenaran dan tersentuk dengan kebaikan dan kelembutan. Kehidupan di dunia ini tidaklah disikapi dengan bercanda terus dan tertawa terus. Apalagi kehidupan di dunia ini hanya sementara dan merupakan tempat menanam bekal untuk kehidupan akhirat yang selamanya, “ungkapnya seraya mejelaskan perkara tersebut termaktub sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Tirmidzi 2/50, yang Dishahihkan Syaikh Al-Albani] yang berbunyi :” janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.”

Editor : Jemmy Saputera

Back to top button