Kisah Ari, Sengaja Minta Dipecat karena tak Leluasa Shalat, Kini Pengusaha Muda nan Sukses
Percayalah Apa yang di Tangan Allah
ASSAJIDIN.COM— Menggapai kesuksesan dunia dan akhirat adalah impian setiap muslim. Tentunya kesuksesan akhirat harus didahulukan daripada dunia, karena ketika akhirat menjadi utama maka dunia akan mengikuti.
Prinsip inilah yang dijalani Ari Pranata, seorang anak.muda, wiraswasta yang bisa dibilang telah sukses dalam usahanya. Ia pemilik dari berbagai bidang usaha seperti toko buku Cahaya Sunnah, Seblak Marpol, serta yang akan segera launching yaitu rumah makan dan pempek.
Semua yang ia usahakan itu tanpa modal uang sepeserpun, namun semua itu tidaklah ia dapatkan dengan mudah, dalam prosesnya penuh dengan perjuangan.
Pada tahun 2011 ia lulus dari Politeknik Sriwijaya jurusan Teknik Mesin. Ari sudah tiga kali pindah pekerjaan hingga yang terakhir bekerja di salah satu perusahaan ternama di Palembang, saat itu ia mendaftar sebagai calon kepala cabang, setelah diterima ia harus mengikuti training selama 7 bulan di Pekanbaru, Riau.
Namun ada beberapa hal yang mengganggu pikirannya, salah satunya karena waktu. “Saat azan berkumandang, hanya bisa menjadi penikmat suara azan, tanpa bisa menikmati Ibadah setelah azan itu” ujar Ari yang baru berusia sekitar 30 tahunan ini.
Karena alasan tak leluasa menjalankan sholat tersebut muncullah keinginan untuk berhenti dari pekerjaannya, namun tak semudah itu, jika ia berhenti maka ia harus membayar denda pinalti yang lebih besar daripada gajinya, hingga ia pun mencari masalah agar dipecat dari pekerjaannya.
Setelah dipecat kurang lebih 6 bulan ia menganggur, untuk kehidupan sehari-hari ia hanya mengandalkan sisa tabungannya yang tidak seberapa. Sselama itu pula ia melamar beberapa pekerjaan, hingga ada salah satu perusahaan yang mengajaknya bergabung, saat berbincang dengan kepala cabang perusahaan tersebut hanya satu yang jadi pertanyaannya. “Jadi saya tanya dulu kepada kepala cabangnya, maaf pak, sebelum ke hal yang lain, berapa jauh jarak masjid dari kantor, ya saat itu 10 km, nah dari situ langsung saya tolak tawarannya” tutur Ari.
Sejak saat itu ia mulai bertekad untuk mengubah hidupnya, dan memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha.
Berawal dari mengenal seorang ustadz, ia pun dikenalkan kepada pemilik toko buku yang terletak di daerah Plaju, awalnya dia diamanahkan hanya beberapa buku yang tersusun di dalam satu kardus Aqua.
Setelah berkeliling dari masjid ke masjid untuk menjual bukunya, dalam beberapa hari ia hanya mendapatkan untung 100 ribu rupiah, dan itu sudah membuat ia merasa sangat senang dan bersyukur
Hal itu berlangsung kira-kira selama setengah tahun, ia hanya menjual buku milik orang lain, dan setiap keuntungan satu harinya ia sisihkan 10 ribu untuk uang makan sisanya ia tabungkan untuk investasi.
Hingga saat itu ia mampu mengumpulkan modal untuk membeli buku miliknya sendiri untuk ia jual dan tetap dengan cara yang sama yaitu keliling dari masjid ke masjid.
Tak pernah terpikirkan olehnya akan mendapatkan semua yang dimilikinya saat ini “Dulu saya ngga pernah minta yang seperti ini sama Allah, karena malu sama Allah minta dunia terus” ujarnya.
“Ya jalani saja, saya usaha untuk kebutuhan saya, dan sisanya saya serahkan kepada Allah, karena saya percaya janji Allah, barang siapa yang bertakwa maka Allah kasih jalan, yang tidak mereka sangka” tambah Ari.
Terus mengikuti pengajian dari masjid ke masjid sambil berjualan setelahnya diluar masjid, ia pun banyak dikenal oleh jamaah pengajian, hingga pada akhirnya tawaran demi tawaran datang padanya, mulai dari menanamkan modal hingga kerjasama bagi hasil dengan pemilik ruko.
Semua itu tidaklah ia rencanakan sebelumnya, ketika ia bertekad meninggalkan kenikmatan dunia karena Allah, Allah ganti yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya,
Dari semua pengalaman, dan kerja kerasnya, dan niatnya karena Allah ia mendapatkan kesuksesan tidak hanya dunia, melainkan akhirat. “Percayalah apa yang ada di tangan Allah, dibandingkan apa yang ada di tangan kita,” tutupnya.(*)
Kontributor : Habibie