MOZAIK ISLAM

Stop Merendahkan Orang, Jangankan Manusia, Hewan Pun Tak Pantas Untuk Dihina

ASSAJIDIN.COM — Jangankan orang lain, kita sendiri juga sering meremehkan orang yang dianggap bukan sekelas dengan kita. Atau merasa bahwa lebih kaya dari mereka, atau juga merasa status lebih berkelas dari mereka. Padahal, kita ini memang siapa. Tetapi itulah yang menjadi kenyataan dalam pergaulan sehari-hari.

Menghina atau meremehkan orang lain seperti kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Bahkan, terkadang orang yang diremehkan harus menanggung malu. Bukannya hanya malu kepada segelintir orang, melainkan menjadi perhatian banyak orang.

Abu Jurayy Jabir bin Sulaim, ia berkata, “Aku melihat seorang laki-laki yang perkataannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka. Aku bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Aku berkata, “‘Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (ia mengulangnya dua kali).” Beliau lalu berkata, “Janganlah engkau mengucapkan ‘alaikas salaam (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah penghormatan kepada orang mati. Yang baik diucapkan adalah assalamu ‘alaik (semoga keselamatan bagimu.”

Abu Jurayy bertanya, “Apakah engkau adalah utusan Allah?” Beliau menjawab, “Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu.

Lihat Juga :  One Day One Ayat: Surat At-taubah Ayat 129, Cukuplah Allah Bagiku...

Apabila engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, lantas engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu.

Dan apabila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu untamu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan unta tersebut untukmu.”
Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah wasiat kepadaku.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,

“Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,

“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.

Begitulah terus menerus terjadi silih berganti dalam pergaulan kita sesama ummat ini. Padahal, belum tentu, yang terhina itu lebih hina dari yang menghina. Dalam pandangan Allah, mereka yang sering dihinakan oleh sesama, justru dimuliakan oleh Allah SWT.

Rasulullah bersabda : “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya…..Allah tidak menyukai kesombongan….lalu, jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud   dan Tirmidzi)

Lihat Juga :  Nilai Seorang Tamu, Hikmah Kisah di Masa Rasulullah SAW

Rasulullah pernah menunjuk ke dadanya,  ketika ingin menyebutkan bahwa menilai orang itu dari kondisi imannya, qolbu atau hatinya yang ihklas atau nilai moralitasnya terpelihara. Adalah orang yang baik hati dan mulia akhlaqnya yang perlu menjadi ukuran. Lalu kalian, pun jangan kiranya menghinakan orang atau meremehkan akibat keterbatasan dari orang lain tersebut.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa sabda di atas berisi larangan melecehkan dan meremehkan orang lain. Dan sifat melecehkan dan meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim no. 91). Yang dimaksud di sini adalah meremehkan dan menganggapnya kerdil. Meremehkan orang lain adalah suatu yang diharamkan karena bisa jadi yang diremehkan lebih mulia di sisi Allah seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 713).

Editor : Jemmy Saputera

Back to top button