KELUARGA

Islam yang Benar Sebaik-Baik Tetangga

 “Jibril senantiasa memberiku wasiat (untuk berbuat baik) kepada tetangga hingga aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh: Emil Rosmali

ASSAJIDIN.Com – Kalimat itu untuk kita semua. Kita sebagai seorang tetangga bagi orang lain, hendaklah berbuat baik dan selalu membuat kenyamanan bagi tetangga, apapun kondisinya. Jangan biarkan tetangga kita merasa kesal oleh ulah kita, baik cara berbicara maupun perbuatan. Jangan pernah tetangga merasa jengkel kepada kita. Nyamankan mereka. Niscaya Allah akan memberikan kenyamanan bagi kita.

Dalam banyak ungkapan, selalu dikatakan bahwa berbuat baik bagi tetangga akan sangat membuah hati kita gembira dan riang. Ada rasa yang membahagiaan bersemayam pada jiwa kita ketika perbuatan baik itu bersambut dengan kebaikan pula.

Saat berbincang-bincang dengan *Ustads Dulaimi Djalili*, di Stisipol Candradimuka Palembang, belum lama ini, mencoba menjelaskan dalil – dalil yang menyuruh seorang Islam untuk menyayangi tetangganya. Firman Allah SWT mengemukakan “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu” (QS. An Nisa : 36).

Dalam ayat ini Allah menggandengakan perintah untuk berbuat baik kepada tetangga dengan perintah untuk beribadah kepada-Nya, berbakti kepada orang tua, menyantuni anak yatim, serta menyambung tali silaturahim. Hal ini menunjukkan agungnya hak tetangga dalam Islam.

Perhatikan pula adanya penegasan dalam ayat ini dengan mengulangi penyebutan kata “tetangga” sebanyak dua kali. Allah berfirman “tetangga yang dekat” lalu dilanjutkan “tetangga yang jauh“. Menurut Syaikh As Sa’di, “tetangga yang dekat” artinya adalah tetangga yang memiliki dua hak, yaitu hak sebagai tetangga dan hak sebagai kerabat. Sedangkan “tetangga yang jauh“ artinya adalah tetangga yang bukan kerabat.

*Wasiat Jibril*

Selain ayat di atas, ada pula hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha yang juga menegaskan pentingnya berbuat baik kepada tetangga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jibril senantiasa memberiku wasiat (untuk berbuat baik) kepada tetangga hingga aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihat Juga :  Tujuh Kebaikan dari Selalu Berkarakter (Akhlak) Baik

Seorang muslim telah minum air susu keIslaman dan hatinya telah berpadu dengan nilai-nilai Islam yang luhur dan toleran, sudah barang tentu dia akan menjadi sebaik-baik sahabat diantara sebaik-baik sahabat yang juga tetangga.

Banyak pelajaran yang begitu berharga dari kisah-kisah para sahabat masa Rasulullah. Misalnya dalam hadist  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan perihal tetangganya kepada beliau. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda tiga kali, “Bersabarlah”. Kemudian Nabi bersabda kepada orang tersebut pada kali yang ketiga -atau keempat-, “Keluarkanlah barang-barangmu ke jalan”. Maka orang itupun mengerjakannya.

(Abu Hurairah) berkata, “Lalu mulailah orang-orang melewati orang tersebut dan bertanya kepadanya : Apa yang menimpamu ? Maka dia menjawab bahwa tetangganya telah menyakitinya. Lalu merekapun berkata, “Semoga Allah melaknatnya”. Kemudian tetangganya datang sembari berkata, “Tolong masukkan lagi barang-barangmu. Demi Allah, saya tidak akan menyakitimu selama-lamanya”. (HR. Abu Dawud).

Disamping anjuran, syariat Islam juga mengabakarkan kepada kita ancaman terhadap orang yang enggan dan lalai dalam berbuat baik terhadap tetangga. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menafikan keimanan dari orang yang lisannya kerap menyakiti tetangga. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda; “Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46)

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan sebagaimana tulisan *Yulian Purnama* yang berjudul //Akhlak Islami Dalam Bertetangga,// disebutkan : “Bawa’iq maksudnya culas, khianat, zhalim dan jahat. Barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari sifat itu, maka ia bukanlah seorang mukmin. Jika itu juga dilakukan dalam perbuatan, maka lebih parah lagi. Hadits ini juga dalil larangan menyakiti tetangga, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dalam bentuk perkataan, yaitu tetangga mendengar hal-hal yang membuatnya terganggu dan resah”. Beliau juga berkata: ”Jadi, haram hukumnya mengganggu tetangga dengan segala bentuk gangguan. Jika seseorang melakukannya, maka ia bukan seorang mukmin, dalam artian ia tidak memiliki sifat sebagaimana sifat orang mukmin dalam masalah ini” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/178)

Lihat Juga :  Apakah Kebaikan akan Melahirkan Kebaikan?

Bahkan mengganggu tetangga termasuk dosa besar karena pelakunya diancam dengan neraka. Ada seorang sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)

Sebagaimana Imam Adz Dzahabi memasukan poin ‘mengganggu tetangga’ dalam kitabnya Al Kaba’ir (dosa-dosa besar). Al Mula Ali Al Qari menjelaskan mengapa wanita tersebut dikatakan masuk neraka: “Disebabkan ia mengamalkan amalan sunnah yang boleh ditinggalkan, namun ia malah memberikan gangguan yang hukumnya haram dalam Islam” (Mirqatul Mafatih, 8/3126).

*Berbuat Baik *

Semua bentuk akhlak yang baik adalah sikap yang selayaknya diberikan kepada tetangga kita. Diantaranya adalah bersedekah kepada tetangga jika memang membutuhkan. Bahkan anjuran bersedekah kepada tetangga ini sangat ditekankan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :

Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 18108, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 149)

Beliau juga bersabda “Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik” (HR. Muslim 4766)

Dan juga segala bentuk akhlak yang baik lainnya, seperti memberi salam, menjenguknya ketika sakit, membantu kesulitannya, berkata lemah-lembut, bermuka cerah di depannya, menasehatinya dalam kebenaran, dan sebagainya.(*)

 

Back to top button