KALAM

Tinggalkan Kebiasaan Merasa Hebat

Cukup Allah SWT Saja Yang Tahu

AsSAJIDIN.COM– Ternyata dalam Islam ingin tenar itu adalah sesuatu yang terlarang. Sebab, mencari ketenaran merupakan sikap yang tercela dalam kondisi apapun. Seorang mukmin itu adalah orang yang tunduk patuh dan tawadhu’ tidak menyukai ditunjuk dengan jemari.

Para sahabat dahulu menyebutkan bahwa di antara sarana terbesar yang akan merusak seseorang untuk sampai kepada Rabbnya adalah,  menyukai ketenaran, merasa mulia di hadapan manusia dan sangat banggga dengan kekuasaan yang diembannya.

“Kalau dalam Islam tenar atau juga hampir sama dengan sikap sombong itu tidak dibolehkan, karena hanya Allah yang memiliki pakaian sombong,”ujar Ustads Imron Taslim pada sebagian dari kajian yang disampaikannya di Al Furqon beberapa waktu lalu.

Ia mengibaratkan ketenaran itu dengan apa yang dimaksud Allah dalam firman-Nya surat Luqman yang artinya:”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi  dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Ketenaran yang Merusak

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh, Imam Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah ada dua srigala yang sedang lapar yang dilepaskan ke kawanan domba lebih rusak dari pada kegigihan seseorang mengejar harta dan kemuliaan untuk agamanya”. ( HR Tharmizi)

Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah menjelaskan semisal bahwa kegigihan mengejar harta dan kemuliaan namun disertai dengan rusaknya agama, tidak lebih kurang dengan rusaknya dua srigala yang sedang lapar masuk ke kandang kambing, hal itu begitu nyata; sungguh selamatnya agama tidak memerlukan kegigihan duniawi tersebut; karena jika hati sudah merasakan manisnya beribadah dan cinta kepada Allah tidak ada lagi sesuatu yang lebih ia cintai hingga mengalahkan ibadahnya, oleh karena itu bagi mereka yang ikhlas akan dipalingkan dari keburukan dan kekejian”. (Majmu’ Fatawa: 10/215)

Mencintai ketenaran dan kemuliaan merupakan penyakit yang tersembunyi di dalam jiwa, menghancurkan hati yang hampir saja tidak menyadarinya kecuali setelah masuk begitu mendalam, sulit dideteksi dan kerusakannya pun sulit diperbaiki.

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata: //“Banyak syahwat tersembunyi yang bercampur dengan jiwa, akan tetapi dengan merealisasikan cinta kepada Allah, beribadah kepada-Nya, ikhlas dalam beragama tidak akan mampu merusaknya, seperti halnya perkataan Syaddad bin Aus: “Wahai sisa-sisa orang Arab, sesungguhnya yang paling aku takutkan kepada kalian adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi”. Dikatakan kepada Abu Daud As Sajastani: “Apa yang dimaksud dengan syahwat yang tersembunyi ?”, dia berkata: “Mencintai kekuasaan dan ketenaran”. (Majmu’ Fatawa: 10/214-215)

Lihat Juga :  5 Keutamaan Bulan Rajab

Di antara bencana terbesar adalah mencintai ketenaran dan kemuliaan dunia dan berusaha mengejarnya, jiwanya ingin agar semua orang memujinya baik dalam kebenaran maupun kebatilan.  Sesungguhnya ketawadhu’an itulah yang harus dikejar, bukan ketenaran dunia.

“alhamdulillah, akhirnya selesai mengkhatamkan alquran untuk ke-5 kalinya dalam ramadhan ini”

“alhamdulillah, bisa juga shalat malam kontinyu selama 1 bulan”

“ternyata bisa juga 1 tahun berpuasa daud yaa, mudah2an bisa istiqomah”

“ada yang tahu obat sakit tenggorokan? Sakit nih karena buat ngaji terus tiap malem, biasa kejar target khatam di bulan ramadhan”

“ya Allah, mudahkan lah puasa hamba hari ini”

“ya Allah, semoga Engkau ridha infaq sholat jum’at ku tadi”

Mungkin seperti itulah kira-kira status status di jejaring sosial yang tidak jarang kita jumpai di timeline kita. Setelah selesai berbuat suatu kebaikan, tidak jarang seseorang langsung posting di social media kebaikan yang baru saja mereka lakukan. Saat baru saja ditimpa kesedihan, tidak jarang juga orang langsung posting tentang doa di social media.

RIYA’

Wahai mereka yang suka mengumbar semua itu di social media, tidak takutkah kalian dengan bahaya riya’ yang mengintai??!

“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.” (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742)

Posting kebaikan di laman media social tidak akan menyebabkan kebaikan tersebut pasti diterima oleh Allah, justru dikhawatirkan akan merusak niat dari amal kebaikan yang telah dilakukan.

Teman, tahukah kalian sesuatu yang lebih berbahaya dari fitnah Dajjal? Padahal fitnah dajjal adalah fitnah paling besar yang akan menimpa manusia di akhir zaman.

“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]

Amalan yang disertai riya’ justru nanti di hari kiamat tidak akan mendapatkan pahala apapun dari Allah azza wa jalla.

Lihat Juga :  Mencintai Harus Karena Allah

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” [HR Ahmad, V/428-429 dan al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin Labid. Lihat Silsilah Ahaadits Shahiihah, no. 951]

Kita bukanlah orang yang bisa memastikan hati kita tetap bersih dari gangguan syaitan. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita doa agar hati tetap tertambat pada ketaatan.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam Shahih-nya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma , dia mengatakan :

“Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu”.

Maka sudah sepatutnya bagi mereka yang suka mengubar kebaikan di dunia maya untuk merubah kebiasaan mereka, hanya untuk menjaga dari riya’ yang bisa menyerang hati seorang hamba setiap saat. Lebih baik waktu yang mereka gunakan saat akan mengetik status tersebut diganti dengan berdoa yang khusuk didalam hati memohon kepada Allah agar kebaikan yang dilakukan diterima oleh-NYA.

Begitu pula dengan berdoa, saya yakin teman-teman pernah menjumpai doa seperti di bawah ini pada laman media social:

“ya Allah, mudahkan lah puasa hamba hari ini”

“ya Allah, semoga Engkau ridha infaq sholat jum’at ku tadi”

“ya Allah, ban motor bocor, kena tilang, kehujanan, sungguh cobaanmu hari ini begitu berat”

Hallow, apakah Allah azza wa jalla aktif bersosial media dan kemudian akan memberikan komentar di bawah status tersebut??!

Mahasuci Allah Rabb pemilik semesta alam, justru berdoa yang seperti itu dikhawatirkan akan menyebabkan timbulnya Riya’ dalam amal perbuatan manusia.

Selayaknya kita belajar dari nabi Ya’qub saat ditimpa ujian kesedihan yang mendalam. Ucapan yang Allah abadikan dalam al-quran, beliau mengatakan”

“…Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku…” (QS. Yusuf: 86)

Editor : Jemmy Saputera // Di sarikan dari berbagai sumber

 

Back to top button