Merawat Perdamaian di Tengah Perbedaan

ASSAJIDIN.COM— Perbedaan sudah menjadi suatu hal yang wajar. Baik perbedaan dalam bentuk, watak, suku, agama, serta pemikiran. Allah menciptaka umat manusia berbeda-beda itu sebagai cirikhas atau keunikan dalam hidup. Karena perbedaan ini akan terus ada sampai akhir zaman.
Hal ini disampaikan kepada jemaah shalat jumat di Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo, 15 Februari 2019 disampaikan HM Syarif Chumas Asy syawali.
Lebij lanjut Syarif mengatakan
Seperti firman Allah rurat Al-Hujurad ayat 13 menyatakan “Wahai manusia sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kalian bisa saling kenal dan mengenal, sessungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian disisi Allah dialah itu orang yang paling bertakwa diantara kalian, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha mengenal. “islam mengajarkan perdamaian untuk semua umat, apalagi kita bisa menegakkan perdamaian di tengah-tengah permsuhan,” ucapnya.
Tetapi perbedaan ini jangan sampai mengakibatkan konflik. Bisa kita amati “Kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya dalam kontek pilkada banyak hal-hal atau sesuatu yang mesti tidak terjadi seperti konflik, permusuhan, menghujat, saling membenci dikarnakan perbedaan yang muncul. Baik dalam hal kepentingan, arah politik, dan beda dalam pemilihan. saat ini dari media-media yang berkembang sangat mudah sekali untuk memunculkan konflik di masyarakat.
Oleh karena itu saya ingin mengajak umat islam bawasanya apa yang terjadi pada saat ini berbagai macam bentuk keadaan yang terjadi, jadikan itu sebagai sunatullah sesuatu yang mesti terjadi tetapi tidak menyebabkan kita untuk bertikai, benci dan sebagainya.
Harusnya dengan berbagai macam perbedaan kita bisa untuk bekerjasama, bergotong-royang, bersaudara. Perbedaan adalah anugrah Allah SWT agar kita bisa saling melengkapi”. tambahnya.
Untuk itu ita sebagai umat manusia janganlah kita menyalahgunakan apa yang semestinya bernilai positif menjadi negatif.(*)
Kiriman tulisan : Didi Reflianto