Ingin Dosa Setahun Lalu Dihapus, Jangan Lupa Besok, Rabu 19 September Puasa Tasu’a dan Lusa Puasa Asyura, Ini Niatnya
Assajidin.com–Berdasarkan kalender hijriah, maka tanggal 9 Muharram 1440 H jatuh bertepatan dengan hari Rabu, 19 September 2018, oleh sebab itu, umat islam dianjurkan berpuasa sunnah yang dikenal dengan Puasa Tasu’a dan besoknya, 10 Muharram juga dilanjutkan dengan Puasa Asyura.
Sebagaimana dikutip assajidin.com dari www.nu.or.id. disebutkan Puasa Asyura sangat dianjurkan untuk dilaksanakan umat muslim di bulan Muharram.
Melaksanakan puasa Asyura ini diyakini dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Mengucapkan niat puasa Tasu’a dan Asyura dapat dilakukan pada malam hari sebelum melaksanakan, seperti halnya puasa wajib.
Berikut adalah lafal niat puasa Tasu’a dan Asyura untuk esok hari, dalam bahasa Arab dan Indonesia, beserta artinya:
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”
Sedangkan lafal niat puasa Asyura adalah :
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Bagi Anda yang mendadak ingin menjalankan puasa Tasu’a dan Asyura saat pagi hari, niat boleh diucapkan saat itu juga, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak subuh. Menurut mazhab Syafi’i, kewajiban mengucapkan niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib.
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”
Bolehkah Berpuasa Hanya Tanggal 10 Muharram?
Puasa Tasu’a adalah amal penyempurna dari puasa Asyura. Zaman dahulu, kaum Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk membuat selisih dengan yang dilakukan kaum Yahudi, sehingga muncul anjuran untuk berpuasa tanggal 9 dan 11 Muharram.
Namun bila seorang muslim hanya melaksanakan puasa Asyura saja karena ada suatu halangan, maka itu tak ada masalah jika berpedoman pada mazhab Syafi’i. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Artinya, “(Di dalam kitab Al-Umm, tak masalah hanya mengamalkan puasa Asyura saja) maksudnya, agama tidak mempermasalahkan orang yang hanya berpuasa 10 Muharram saja (tanpa diiringi dengan puasa sehari sebelum dan sesudahnya),” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar‘i, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 266). (*)
Editor : Aspani Yasland