Makna Anak dan Metode Mendidik Anak dalam Alquran
Refleksi Hari Anak Nasional 23 Juli 2018
AsSAJIDIN.COM — Anak adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Alloh SWT kepada setiap orang tua. Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Namun seringkali harapan tidak sesuai dengan kenyataan, entah karena terhambatnya komunikasi atau minimnya pengetahuan kita selaku orang tua tentang bagaimana Al Islam memberikan tuntunan dan pedoman tentang memperlakukan anak sesuai dengan proporsinya.
Rasulullah saw mengajarkan bahwa ada dua hal potensial yang akan mewarnai dan membentuk kepribadian anak yaitu orang tua yang melahirkannya dan lingkungan yang membesarkannya. Rasulullah saw bersabda :
ﻜﻝ ﻤﻮﻟﻭﺪ ﻴﻭﻟﺪ ﻋﻟﻰﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺍﺑﻭﺍﮦ ﻴﻫﻭﺪﺍﻧﮫ ﺍﻭ ﻴﻨﺻﺭﺍﻧﮫ ﺍﻭ ﻴﻤﺠﺴﺍﻧﮫ
“ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orang tuanyalah yang membuat dia (memiliki karakter) yahudi, atau (memiliki karakter) nasrani atau (memiliki karakter) majusi.” ( HR. Muslim )
Fenomena yang terjadi saat ini, tidak sedikit keluarga yang memiliki filosofi keliru tentang eksistensi anak. Seringkali keluarga yang hanya memiliki filosofi bahwa kehadiran anak semata-mata akibat logis dari hubungan biologis kedua orang tuanya, tanpa memilki landasan ilmu dan makna arahan keberadaan anugerah anak.
Berkaitan dengan eksistensi anak, Al Quran menyebutnya dengan beberapa istilah antara lain :
1. Perhiasan atau kesenangan
Firman Alloh SWT :
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” ( QS.18 Al Kahfi : 46 )
2. Musuh
Firman Alloh SWT :
“ Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS.64 Ath-Taghobun : 14 )
3. Fitnah
Firman Alloh SWT :
“ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah-lah pahala yang besar.” ( QS.64 Ath-Taghobun : 15 )
4. AmanahFirman Alloh SWT :
(27) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
(28) Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ( QS.8 Al Anfal : 27-28 )
5. Penentram dan penyejuk hatiFirman Alloh SWT :
“ Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” ( QS.25 Al Furqon : 74 )
Filosofis Keberadaan Anak Menurut Al Quran diperankan secara aktual oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Zakaria as.
Dunia pendidikan Barat mengenalkan bahwa 80% usia perkembangan intelektual anak pada usia 0-4 tahun (50%) dan 4-8 tahun (30%) yang dinamakan Golden Age (Masa Keemasan). Namun jauh sekitar 15 abad yang lalu, Nabiyullah Muhammad Rasulullah saw telah mengemukakan :
” Perumpamaan orang yang mencari ilmu pada masa kecilnya bagaikan mengukir menulis di atas batu, dan perumpamaan orang yang belajar di waktu dewasa bagaikan menulis di atas air.” (HR. Thabrani)
Metoda mendidik anak agar sesuai dengan prototipe anak shaleh menurut Al Islam dapat kita maknai dalam lantunan do’a Nabi Ibrahim as sbb :
(35) Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
(36) Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, Maka Barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golonganku, dan Barangsiapa yang mendurhakai Aku, Maka Sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(37) Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.
(38) Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang Kami sembunyikan dan apa yang Kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
(39) Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa.
(40) Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.
(41) Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. ( QS.14 Ibrahim 35 : 41 )
Beberapa metode mendidik pada ayat di atas adalah :
1. Menanamkan Nilai Tauhid melalui pembiasaan dan uswah (keteladanan). Hal ini dapat diterapkan antara lain dengan menciptakan lingkungan kondusif bagi penumbuhkembangan nilai tauhid dalam lingkungan anak berinteraksi. ( ayat 35 dan 36 ), doa agar diberikan lingkungan tempat tinggal yang berkah ada pada :
“ Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat.” ( QS. 23 Al Mu’minun : 29 )
2. Mendekatkan anak ke Rumah Alloh (masjid) (ayat 37)
3. Senantiasa Mendirikan shalat (ayat 37 dan 40)
4. Mendidik pola habluminanaas (hubungan dengan lingkungan) atau pendidikan etika islami yang baik (ayat 37)
5. Mendidik menjadi manusia yang bersyukur (ayat 37)
6. Menanamkan nilai kejujuran (ayat 38)
7. Menanamkan keyakinan dan kebiasaan berdoa (ayat 39)
8. Senantiasa mendoakan orang tua dan memiliki kepekaan serta semangat menyebarkan kebaikan (ayat 41)
Wallohu’alam. (*/sumber: tarbiyatulizzatiljannah.wordpress.com)