Uncategorized

Kisah Taubat Nabi Yunus Alaihissalam

AsSAJIDIN.COM — Al Quran menceritakan tentang taubat Nabi Yunus a.s. Ketika beliau berdakwah kepada kaumnya untuk menyembah Allah SWT namun mereka tidak menuruti dakwahnya itu. Maka Nabi Yunus tidak merasa sabar menghadapi itu, dan marah terhadap kaumnya, kemudian beliaupun pergi meninggalkan mereka.

Kemudian Allah SWT ingin menguji beliau dengan cobaan yang dapat membersihkannya, dan menampakkan sifat aslinya yang bagus. Serta sejauh mana keyakinanya terhadap Rabbnya dan kejujurannya dengan Rabbnya. Beliau kemudian menaiki sebuah kapal laut, di tengah laut kapal itu dihantam angin besar, dan dipermainkan oleh ombak, dan mereka merasa bahwa mereka sedang berada dalam bahaya yang besar.

Para anak buah kapal berkata; kita harus mengurangi beban kapal sehingga kapal ini tidak tenggelam. Dan akhirnya mereka harus memilih untuk menceburkan sebagian orang yang berada di atas kapal itu agar para penumpang yang lain selamat dari ancaman tenggelam itu. Hal itu dilakukan dengan sistem undian.

Kemudian undian itu jatuh kepada Yunus, dan beliaupun harus mengikuti nasibnya itu. Maka beliaupun dilemparkan ke laut, dan kemudian ditelan oleh seekor ikan paus, sambil mendapatkan kecaman karena ia marah terhadap kaumnya serta meninggalkan mereka, karena putus harapan atas mereka. Tanpa berupaya untuk terus mengulangi usahanya itu. Di dalam perut ikan paus itu, keyakinan Yunus kembali menguat, dan beliau berdo’a dalam kegelapan yang menyelimutinya itu: kegelapan laut, kegelapan malam, dan kegelapan perut ikan paus, dengan kalimat-kalimat yang direkam oleh Al Quran ketika bercerita dengan ringkas tentang Yunus ini:

Lihat Juga :  Belajar Hidup dari Filosofi Ban

“Dan (ingatlah) kisah Dzun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya atau menyulitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim..” (QS. al Anbiyaa: 87)

Tiga kalimat pendek yang dipergunakan oleh Yunus a.s., namun ketiganya mempunyai pengertian yang besar:
Pertama: menunjukkan atas tauhid –tauhid uluhiyah–, yang dengnnya Allah SWT mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, dan dengannya pula berdiri surga dan neraka: “La Ilaha Illa Anta” “tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau”.

Kedua: menunjukkan pembersihan Allah SWT dari seluruh kekurangan. Ini adalah makna tasbih yang dilakukan langit dan bumi dan seluruh makhluk. Karena segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya. “Subhaanaka” “Maha Suci Engkau”.

Lihat Juga :  Setelah Muba, Dodi Mau Gantikan Ayahnya Sebagai Gubernur Sumsel?

Ketiga: Menunjukkan pengakuan atas dosa yang dilakukan. Tidak menjalankan hak Rabbnya dengan sempurna serta menzhalimi diri sendiri karena sikapnya itu. “Inni kuntu minazh zhaalimiin” “sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim ” ini adalah tanda sebuah taubat.

Tidak heran jika kata-kata yang pendek namun jujur dan ikhlas itu segera mendapatkan jawabannya di dunia ini, sebelum di akhirat:

“Maka Kami telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. al Anbiya: 88)
Dan kata-kata yang mengandung tiga hal ini: peng-esaan, pembersihan dan pengakuan, menjadi contoh bagi pujian dan do’a ketika terjadi kesulitan. Hingga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia mensahihkannya diriwayatkan:

“Do’a saudaraku Dzun Nun (Nabi Yunus) yang jika dibaca oleh orang yang sedang tertimpa bencana niscaya Allah SWT akan menghilangkan bencana dan kesulitannya itu: “Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang melakukan kezaliman”. Jazakillah.(*/sumber:e-kinerja.com)

 

 

Back to top button