Perjalanan KH Nawawi Dentjik Alhafidz, Imam Besar Masjid Agung dalam Menghafal Alquran
AsSAJIDIN.COM – Bagi jamaah Masjid Agung Palembang, nama imam besar ini sudah tak asing lagi, apalagi dalam bulan puasa ramadhan, setiap malam sholat tarawih dengan 23 rakaat sama sholat witir, imam ini yang memimpinnya dengan cara 1 juz alquran satu malam, sehingga dalam satu bulan ramadhan, jamaah sholat tarawih di masjid tertua dan bersejarah di kota Palembang ini, bisa mengkhatamkan alquran yang dipandu sang imam ini. Siapa dia? Sang Imam Besar Masjid Agung Palembang ini bernama KH Nawawi Dentjik Al Hafidz.
Namun bagaimana kisah dan perjalanan sehingga Nawawi Dentjik bisa menghafal Alquran 30 juz dan lika-likunya, belum banyak yang tahu, berikut kisahnya:
SEBUAH acara pernikahan di Lorong Familidin 30 Ilir Palembang pada Agustus 1980, telah membuat seorang pemuda berusia dua puluh empat tahun, bernama Nawawi Dentjik mengubah haluan hidupnya.
Perubahan haluan hidup itu bukan karena dia melepas masa lajangnya.Tapi, dari acara itulah, dihatinya tertanam tonggak untuk menghafal kitab suci Alquran. Ceritanya,usai diminta untuk melantunkan kalam ilahi pada acara pernikahan putrid dr Mutmainah itu, dia dipanggil sang maha guru KH Abdul RasyidShidiq (alm). Rasyid Shidiq sudah lebih masyhur sebagai ulama, hafidz Alquran, dan sosok kiai karismatik yang dimiliki Sumatera Selatan.
“Usai ngaji saat acara pernikahan itu, saya dipanggilnya, kiyai waktu itu ngajak aku menghafal Alquran, tapi dengan catatan betul-betul menghafal,” katanya.
Awalnya, ajakan Kiyai Rasyid membuat dirinya bimbang. Betapatidak, pada usia yang masih sangat muda, Nawawi ingin seperti pemuda-pemuda lain, yang umumnya ingin bebas. Dia sadar, ketika sudah bertekad menghafal Alquran, segala atribut glamor dunia, satu persatu ditanggalkan.
”Mulai dari cara berpakaian, dak bisa seenaknya lagi, lalu setelah konsultasi dengan orangtua, dan diizinkan, mulailah saya menghafal Alquran dengan KiyaiRasyid, dan saya sekolah hanya tingkat SMP,” katanya.
Masjid Al Maghfiroh Jalan Rambutan Kawasan Talang Semut Palembang menjadi saksi keteguhan Nawawi untuk menghafal Alquran. Bersama sejumlah rekannya, antara lain KH Ahmad Sadzili Mustofa (alm); KH Muslim Anshori, BA (alm); serta KH Asmawi Malik, dia begitu bersemangat menghafal Alquran.
“Ketika itu, yang tersisa hanya aku, yang lain mundur, memang begitu besar tantangan menghafal Alquran,” ujarnya.
Saat itulah, Kiyai Rasyid terus mendorongnya, untuk bertahan menghafal Alquran. Agar motivasi Nawawi tidak turun, diikutkanlah ke Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) di Padang, Sumatera Barat, pada 1983 untuk katagori hafalan 30 juz.
”Padahal waktu itu, saya baru 16 juz, setelahnya saya tahu maksud Kiyai mengikutkan saya lomba, agar motivasi saya tidak turun, ketika itu terpikir juga ingin mundur, tapi Kiyai langsung seperti kontak batin, artinya tahu dengan pikiran saya, lalu ikutlah MTQ,”katanya.
Baru kemudian pada MTQ di Lampung pada 1988, Nawawi menyabet juara harapan hafalan 30 juz. Ia pun lalu mewakili Indonesiake MTQ International di Mekkah. Sejak itulah, Nawawi selalumen jadi langganan Sumatera Selatan dalam MTQ katagori hafalan.
Tiga Pesan Kiyai
HINGGA kini, Nawawi tidak akan pernah melupakan tiga amanat berupa pesan dari gurunya, KH Abdul Rasyid Shidiq. Pesan itu harus dijaga betul oleh siapa pun yang ingin menghafalAlquran. Dia menjelaskan, tiga pesan itu,pertama, jangan pernah-pernah tidak mengenakan peci saat keluar rumah.”Terserah peci putih atau hitam,” katanya.
Kedua, jangan pernah selangkahpun melintas didepan bioskop. Melintas di depannya tidak boleh, apalagi ingin memasukinya.Ketiga, kata Nawawi, jangan dulu berpacaran.” Jika salah satunya dilakukan akan menggangu hafalan Alquran,” katanya.
Soal pesan Kiyai Rasyid ini, Nawawi punya pengalaman.Ketika itu, dia lupa memakai peci saat keluar rumah. Dia mengatakan, saat itu lebaran, dia bersama teman-teman sekampungnya silaturahmi ke rumah tetangga. Besoknya, saat mau menyetor hafalan ke Kiyai Rasyid,
“Kiyai ngomong, kenapa kemarin dak pake peci, aku bingung darimana Kiyai tahu, aku tidak memakai peci,” katanya.
Gemar Mengaji
Sejak kecil, Nawawi memang senang mengaji. Ia beberapa kali berguru dengan sejumlah kiyai antara lain KH Abdul Ghoni, KH Abdul Rasyid Shidiq; KH Ahmad Sadzili Mustofa; KH DahlanKandi serta KH Daud Rusdy.
”Dari kecil memang saya sudah mengaji, tapi tilawah, ngaji belagu, bukan menghafal,” katanya.
Karena pintar mengaji itulah, Nawawi sering diundang untuk mengaji pada acara pernikahan dan perayaan keagamaan.“Saya juga sering diminta jadi imam di langgart empat sayatinggal di Sungai Goren, satu ulu,” katanya.
Namun dari 10 saudaranya, hanya Nawawi yang mendalami hafalan Alquran. Karena mulutnya sering melantunkan ayat-ayat suci Alquran, tetangga sekitarnya mengirim surat kepada orang tua, agar memeriksa syaraf otak Nawawi.
”Ketika itu, saya diomongi tetangga terganggu syaraf, padahal tidak, saya itu lagi menghafal Alquran,” ujar dia.
Kepada generasi muda, yang ingin menghafal Alquran, dia berpesan untuk menanamkan tekad dan keyakinan yang kuat. Orang yang menghafal Alquran, kata Nawawi, akan dipelihara oleh Allah.”Apa yang dipeliharaNYA, rezkinya, kehidupannya, dan lain sebagainya,” demikian Nawawi. [*/sumber: maklumatnews.com/tulisan Syamsul Hidayah SAg]